Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga.
Cowok itu terkenal berandal, pemaksa dan tidak bisa dikalahkan. Disisi lagi dia sangat cerdas dan berwib...
Lalu kamu komen yang paling berkesan disini, boleh panjang banget. Komennya akan ku post di ig sebagai rekomendari cerita.
⬇️
[ Lahan berkomentar]
Semoga kalian antusias ya.
Berhadiah novel Alister
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang tahu artinya kode 831 coba tulis disini.
...
"Kenapa bisa pucet gini, hah?" Raut Heaven berubah khawatir, melihat kondisi Mutia yang lemas, cowok itu segera menggengam tangannya.
"Duduk dulu," perintahnya menunjuk kursi panjang dengan dagunya.
Perempuan itu mengangguk lemah.
Rasanya Heaven ingin sekali memaki, mengumpat, mengabsen satu persatu penghuni kebun binatang. Tapi siapa yang mau dia marahi memangnya? Mutia. Mana mungkin tega sih, lagi hamil dengan kondisi yang lemah terus dimarahi, yang ada dia malah semakin merasa bersalah.
Mau memarahi supirnya? Tidak dewasa sekali bukan.
"Tunggu gue sampe rumah, sayang. Nggak perlu nyusul ke kampus."
"Aku pengin ketemu kamu Kak, nggak dibolehin ya?" tanyanya polos.
Boleh! Itu kepenginan gue setiap setengah detik!
"Nggak! Gue rada sibuk," cetus Heaven lalu duduk disampingnya, harus dibegitukan biar Mutia tidak mengulangi kesalahan pikirnya.
"Yah, akunya kangen padahal." Mutia meringis, terlihat sekali raut kecewanya.
Sial!
Heaven tidak kuasa kalau begini, dia seketika menahan senyum. Percayalah perutnya di penuhi kupu-kupu, kata anak wattpad.
Cowok itu pun segera menormalkan ekspresinya, bersikap seolah tidak baper menjadi andalannya. Padahal melenyot Woy!
"Kak."
"Apa?"
"Pengin makanan di depan itu?" Tangannya menggoyangkan lengan kokoh yang berada disampingnya, lalu menunjuk salah satu pedangan yang berjejer diluaran gerbang kampusnya.
