52 - MENGIKHLASKAN

7.4K 433 1.1K
                                    

Mel langsung berlari masuk ke dalam rumah orang tuanya. Langkahnya sedikit ia seret, bahkan matanya sudah memanas. Sedangkan Devan, ia mengikuti Mel dari belakang, tak ingin terjadi hal buruk pada gadis itu.

Langkah kaki Mel tiba-tiba terhenti saat berada di ruang tamu. Ia menatap sekeliling, sudah tampak ramai. Devan yang baru saja menyusul Mel hanya berdiri tepat di sampingnya dan memegang pundaknya.

"Ma," panggil Mel lirih.

Mel langsung terduduk di lantai rumahnya, ia menatap ke arah depan dengan gamang. Menelisik seseorang yang sedang tertidur lelap dengan kain putih di atasnya.

"Ma, hiks, Papa," lirih Mel memanggil kedua orang tuanya.

Devan langsung ikut berjongkok tepat di samping Mel. Mengelus punggung gadisnya yang sudah mulai bergetar.

"Jangan nangis," ucap Devan lembut.

Mel mendongak dan menatap manik mata Devan. Tangannya terangkat dan beralih menunjuk ke arah seseorang yang sedang terbaring dengan kain putih di atasnya.

"It... Itu gak mungkin Devan, hiks," Mel beralih memukul lengan Devan pelan.

"Kak Rey, hiks," lirih Mel lagi.

Devan yang melihat itu langsung membawa Mel ke dalam dekapan hangatnya, guna memberikannya sedikit ketenangan. Ia juga beralih menatap ke arah kedua orang tua Mel yang tampak sedang bersedih. Di situ juga terdapat kedua orang tuanya.

Saat merasakan sebuah tepukan di pundaknya, Mel berbalik dan menatap orang tersebut.

"Udah, jangan nangis," ucap orang tersebut ikut berjongkok.

"Gak mungkin hiks, Mel sayang, Mel sayang Kak--"

"Udah, ya? Gak baik nangis, kalau lo nangis, nanti dia juga ikut sedih, Mel," ucap Devan dan mengusap rambut Mel lembut.

"...."

"Mel," panggil Devan lembut saat meresa tak ada respon apa-apa dari gadis itu.

Devan beralih menatap wajah Mel yang sedang berada di dada bidangnya. Ia langsung di buat terkejut saat melihat Mel yang sedang tertidur, lebih tepatnya pingsan mungkin.

"Bawa buruan ke kamar." usul orang tersebut.

****

Mel mulai menggeliat, ia bangkit dari tidurnya dan menatap ke arah depan dengan gamang. Matanya ia kucek karena terasa sedikit berat.

"Hiks," Mel kembali terisak di atas tempat tidurnya. Gadis itu meremas selimut yang ia gunakan. Kali ini, ia kembali merasakan kehilangan. Tapi kali ini, kehilangan yang sangat Mel tak inginkan.

Devan yang baru saja dari lantai bawah, langsung naik ke atas kamar Mel. Ia berlalu dan duduk tepat di sebelah gadisnya, menatap matanya yang sembab. Tangannya beralih mengusap air mata Mel.

"Lo udah baikan? Mau keluar?" tanya Devan.

Mel menggeleng membalasnya. "Gak! Gak mungkin hiks, ... Devan, ini cuman mimpi, kan?" tanya Mel berharap.

Devan menggeleng lemah menjawab pertanyaan Mel. "Kita turun sekarang, ya? Jenazahnya udah mau di makamkan."

"Hiks, Mel gak mau, Mel gak mau. Mel gak sanggup liatnya."

"Hei, dengerin gue," Devan beralih memegang kedua pundak Mel dan menatapnya menenangkan.

"Papa sama Mama lo lagi di bawah, mereka juga lagi sedih kayak lo, Mel. Mereka makin sedih liat lo yang tadi pingsan. Bukan cuman lo doang yang sedih karena ini, banyak yang sedih Mel. Lo mau, kan, turun ke bawah? Untuk yang terakhir kalinya Lo liat dia Mel."

DEVAMEL : My Cold Husband [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang