04 - PENANTIAN YANG TERBAYAR

8K 861 229
                                    

“Ketika perasaan terlalu di paksakan, jatuhnya akan merugikan.”

🍁🍁🍁

Saat ini Devan sudah pulang dari Australia. Ia akan melanjutkan sekolahnya di Indonesia. Dulu, ia bersekolah di SMP Taruna Bangsa tapi ia berhenti dan lebih memilih melanjutkan sekolahnya di Australia. Tentu saja itu karena masalah pekerjaan orang tuanya.

Tapi sekarang ia sudah kembali lagi, dan orang tuanya berencana untuk melanjutkan sekolahnya di SMA Bintang Negara. Nama lengkapnya, Devano Avin Leander, lelaki dengan segudang rahasianya dan sifat yang sulit untuk di tebak. Memiliki wajah di atas rata-rata ketampanan.

Setelah lelaki itu sampai di sekolah, ia langsung menuju ke ruang kepala sekolah untuk mengetahui dimana kelasnya berada. Saat mengetahuinya, ia segera menuju ke kelasnya itu, tapi terlebih dahulu ia mencari toilet untuk menuntaskan panggilan alamnya.

Saat Devan berjalan di koridor, dari arah depan tak sengaja ada seseorang yang menabrak dada bidangnya. Orang tersebut sontak mundur beberapa langkah.

"Maaf, Mel gak sengaja," ucap orang yang telah menabraknya dan beralih menunduk.

"Kalau bicara tatap orang yang lo ajak bicara, jangan nunduk."

"I... Iya, Mel minta maaf, Mel gak sengaja nabrak tadi. Jangan marah, nanti cepat tua loh," ucap gadis tersebut. Devan dapat dengan jelas melihat orang tersebut sedikit mendongak dan mengintip untuk sekedar menatapnya.

"Lo," tunjuk Devan tepat di wajah Mel. "Lo, yang kemarin di toko buku, kan?" tanya Devan memastikan.

"I—ya," balas Mel gugup.

"Oh."

Baru saja Devan ingin berlalu, tapi langkahnya terhenti saat merasa tangannya di tahan, ia sedikit berbalik dan menatap Mel yang memegang tangannya. Sontak saja, Mel melepaskan pegangannya karena terbilang lancang.

"Eh, maaf, refleks soalnya," cengir Mel.

"Devan, tunggu dulu," tahan Mel lagi saat melihat Devan yang sudah ingin berlalu.

"Apa?"

"Devan gak ingat sama Mel?"

"Ingat." Ucapan Devan berhasil membuat Mel menyunggingkan senyumnya.

"Yang di toko buku kemarin, kan?" tanya Devan.

Perlahan, senyuman yang muncul di sudut bibir mungil Mel menghilang. Ia sedikit menghentakkan kakinya kesal. "Bukan itu. Devan beneran gak ingat?" tanyanya lagi yang di balas gelengan olehnya.

"Yang selalu ngejar Devan dulu, masa gak ingat sih?!" gerutu Mel.

Devan diam beberapa saat, berusaha mengingatnya. Saat mengingatnya, ia kembali menatap Mel dari atas sampai bawah, senyuman sangat tipis terbit di sudut bibirnya, entah senyuman apa. "Owh. Ingat."

"Serius? Devan ingat Mel?"

"Hm ... Sedikit."

"Ihh, kok sedikit?"

Devan menatap Mel dengan alis yang terangkat satu. "Lo gak penting buat gue ingat."

Reaksi yang Mel tunjukkan awalnya tercekat, namun setelahnya, ia mengangguk membenarkan. "Iya, juga."

"Maaf, Mel tadi gak sengaja nabrak Devan," maaf Mel sekali lagi. Matanya tak lepas dari wajah Devan. Ia sangat merindukan wajah dihadapannya saat ini. Mungkin jika bisa, ia ingin memeluk Devan saat itu juga, tapi ia sadar diri.

Devan menatap tajam ke arah Mel dan mulai melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Senyuman di sudut bibirnya perlahan menghilang.

"Iya," jawab Devan singkat dan segera berlalu menuju toilet. Mel yang melihat itu hanya cengo di tempatnya.

DEVAMEL : My Cold Husband [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang