53 - ICE CREAM

5.1K 402 1.4K
                                    

Beberapa hari berlalu, keadaan Mel dan juga keluarganya masih berduka. Tapi mereka semua berusaha mencoba untuk mengikhlaskannya.

Karena kejadian itu, mood Mel sedikit tidak baik, mungkin. Tapi, sebisa mungkin ia bersikap baik-baik saja. Karena itu juga, Devan dan Mel tidak jadi menemui Ava di rumah sakit saat pulang sekolah kemarin lalu.

Saat ini, Devan tengah berdiri tepat di hadapan pintu kamar Mel. Cowok itu sedikit menarik nafasnya lalu menghembuskannya. Tangannya beralih mengetuk pintu kamar Mel.

Saat merasa tak ada respon, ia langsung saja masuk ke dalam dan sedikit mengintip.

"Mel," panggil Devan. Ia sama sekali tak menemukan keberadaan gadis tersebut di dalam.

"DOORR!" teriak Mel antusias dari balik pintu.

Devan sontak mundur beberapa langkah, jantungnya langsung mencelos saat melihat wajah Mel yang tertutupi kain putih polos. Sangat mirip hantu. Setelah mengendalikan rasa terkejutnya, Devan beralih menatap Mel sembari geleng-geleng kepala.

"Srrr, hwhwhw, hihihi, hohoho," ucap Mel berusaha menakuti Devan. Tetapi yang di takuti hanya menatapnya datar.

"Ngapain?" tanya Devan.

Mel lantas menyibak kain yang menghalangi wajahnya dan menatap Devan cemberut. Usahanya gagal. "Mel pengen jadi hantu," cengir Mel.

Devan beralih menarik tangan Mel dan duduk tepat di sofa kamarnya. Ia beralih mengambil kain putih Mel dan meletakkannya tepat di meja.

"Mau jalan-jalan?" tawar Devan.

Setelah pulang sekolah, Devan merasa ada yang berbeda dari Mel. Dan ia tahu, Mel bersikap seperti itu karena masih memikirkan kejadian beberapa hari lalu. Jadi ia berfikir untuk mengajak Mel jalan-jalan, agar gadisnya itu tidak terlalu down.

Mel diam beberapa saat, ia mengetuk-ngetuk keningnya beberapa kali. "Kan udah mau malam. Mel juga capek baru pulang sekolah, mau istirahat."

"Yakin gak mau?" tanya Devan memastikan.

Mel memajukan bibirnya beberapa centi. Devan yang melihat itu menjadi gemas sendiri.

"Tunggu, Mel mau mikir dulu," ucap Mel dan mulai berfikir.

Dua menit menunggu, Mel kembali menatap Devan yang juga sedang menatap ke arahnya.

"Gimana?" tanya Devan ulang.

"Mauu!" balas Mel antusias.

Devan mengacak rambut Mel gemas. "Yaudah, ganti baju sana."

"Ini aja, Mel malas ganti baju," tolak Mel.

Devan beralih menatap baju yang Mel gunakan. Ia sedikit mengangkat satu alisnya, tak yakin dengan baju yang saat ini Mel gunakan.

"Itu baju gue kegedean Mel. Lo yakin mau pakai itu?" tanya Devan. Pasalnya baju yang Mel gunakan saat ini adalah baju milik Devan. Sudah dikatakan, Mel sangat menyukai aroma tubuh suaminya.

"Iya juga, ya. Devan tunggu sini, Mel mau ganti baju dulu." peringat Mel.

Belum sempat Devan menjawab, Mel sudah berlalu masuk terlebih dahulu ke dalam kamar mandinya.

Setelah beberapa lama menunggu, Devan dapat mendengar suara pintu terbuka. Ia lantas menengok ke arah sumber suara.

Mata Devan sontak membulat saat melihat pakaian yang Mel gunakan. Baju hitam dengan lengan panjang, yang di mana bagian lengannya transparan dan juga rok yang ... Sudahlah, Devan rasa ia ingin memarahi Mel saat ini.

DEVAMEL : My Cold Husband [TERBIT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant