02 - UNEXPECTED

10.2K 1K 669
                                    

Vote-nya jangan lupa.

****

"Mama, Mel mau keluar bentar. Mama di mana?" teriak Mel dari atas tangga. Baju yang kebesaran milik Rey tampak sangat cocok di badan mungilnya. Gadis itu berhenti di tangga terakhir saat melihat Hera-Mamanya datang dengan celemeknya.

"Mau ke mana, sayang?" tanya Hera dan menatap penampilan putrinya itu dari atas sampai bawah. Saat menyadari baju yang di gunakan Mel, ia sedikit terkekeh.

"Mau ke toko buku, Ma. Bareng Kak Rey."

"Yaudah, hati-hati, ya? Jangan suruh Rey ngebut lagi, ntar Mama hukum loh!" ancam Hera saat mengingat Rey pernah melajukan mobil dengan kecepatan sangat tinggi.

"Siap, Ma!"

"Astaga, tuh kan! Masakan Mama jadi hangus, kamu sih!" kesal Hera dan langsung berlalu masuk ke dalam dapur. Mel yang melihat itu hanya cengengesan di tempatnya, hidungnya ia tutup karena mencium bau masakan yang hangus.

"MA, MEL BERANGKAT."

"IYA, HATI-HATI," teriak Hera dari dapur.

Setelah itu, ia berlalu keluar rumah menuju mobil yang sudah terparkir mulus tepat di pekarangan rumahnya. Ia langsung saja masuk dan menatap Rey yang sedang menatapnya juga.

"Kenapa?" tanya Mel dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Lama banget," ketus Rey dan langsung menyalakan mesin mobilnya, membawanya keluar dari pekarangan rumah.

"Emang perempuan gini, suka lama kalau dandan. Kak Rey gak pernah ya jemput pacar?"

Rey tak membalas, hanya diam dengan wajah sok cool-nya. Mel yang melihat itu mencibir dalam hati. Untung beneran ganteng, kalau tidak, sudah di pastikan ia akan mengejek kakaknya itu secara terang-terangan.

****

Setelah tiba di salah satu toko buku, baik Mel dan juga Rey perlahan keluar dari dalam mobil. Mereka berdua, lebih tepatnya hanya Mel yang menatap tempat tersebut kagum.

"Kak Rey, perasaan, Mel baru ke sini deh," ucapnya, ia seolah merasa bahwa toko buku ini baru ada dan sebelumnya belum.

"Emang. Toko baru," jawab Rey enteng. Mel hanya menganggukkan kepalanya mengerti.

"Yaudah, ayo," ajak Rey dan langsung menarik lengan Mel agar segera berlalu masuk ke dalam.

Mereka berdua akhirnya berpisah, Rey ke sebelah barat, sedangkan Mel ke sebelah timur. Sudah di pastikan yang akan membayar semua buku yang akan Mel beli adalah Kakaknya sendiri. Salah satu motto Mel, My Abang is bank berjalan.

Dan tak perlu di ragukan lagi, setiap permintaan yang di minta oleh Mel, Rey akan selalu mengabulkannya, kecuali permintaan yang aneh-aneh tentunya.

Ia berhenti di salah satu rak buku, matanya tertuju pada salah satu buku yang menarik perhatiannya. Tangan mungilnya terangkat dan mengambil buku tersebut, membolak-baliknya. Jika sesuai keinginannya, maka akan ia ambil.

Beberapa menit berperan dengan argumen yang ia buat sendiri, akhirnya ia lebih memilih mengambilnya. Ia kembali berputar-putar dan berhenti melangkah, tubuhnya sedikit berjinjit untuk melihat seseorang yang baru saja melintas di sebelah rak.

'Itu kan ....'

Mata Mel seketika membola saat manik matanya dan orang tersebut saling beradu beberapa saat. Tangannya langsung terasa lemas, buku yang ia genggam otomatis terjatuh ke lantai.

Mel membungkam mulutnya tak percaya. Melihat lelaki tersebut berjalan mendekat ke arahnya membuat jantungnya sama sekali tak bisa bekerja sama. Apa lagi saat melihat orang tersebut berjongkok tepat di hadapannya, membuat dirinya semakin sulit untuk menetralkan degup jantungnya sendiri.

DEVAMEL : My Cold Husband [TERBIT]Where stories live. Discover now