08. Balasan Yang Tak Tersampaikan.

101 64 150
                                    

Apa kabar?
Yang baca part ini, dari daerah mana aja nih?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading 💜

Aku baru saja mengganti seragam batikku dengan kaos olahraga, hari ini ada kelas penjas. Seragam olahraga di sekolah kami cukup simple dan nyaman. Hanya sebuah training hijau army yang atasannya berupa kaos oblong berwarna abu rokok.

Ini merupakan seragam favoritku, tetapi tidak dengan pelajarannya.

Suasana panas yang terik, membakar habis-habisan dzat keimutanku--membuatku uring-uringan sendiri.

Bagaimana tidak, kami disuruh berlari keliling lapangan basket untuk melakukan pemanasan!

Padahal, berdiri selama dua menit saja di lapangan Basket sudah membuat badan banjir akan keringat, lah ini?

Pembakaran!

Pritt~

"Ayo, sekarang semuanya lari!"

Pak Aldebaran--guru olahraga kami, meniupkan peluit dengan semangat. Pria paruh baya yang gemar bergosip itu, sudah berdiri di lapangan Basket mengatur barisan kami dengan cekatan.

Rombongan anak laki-laki langsung bersorak ria. Mereka segera berebutan untuk saling mendahului. Ada yang lari dengan gaya tampan, ada yang heboh sendiri sambil menggeber-geber meniru suara bajaj, dan bahkan ada yang lari dengan jurus mengejar harapan yang hampir pupus.

Di urutan paling belakang, aku memilih berlari dengan gaya imut ciri khasku. Pelan, santai, dan selalu menebar senyum dengan menutup mata.

"Ra-ra! Ra-ra! Semangat larinya Ra ...."

Maxie?
Sedang apa si petakilan itu di bawah tiang bendera. Bahkan dia dengan sangat antusias menggoyangkan tubuh jangkungnya itu ala-ala cheers demi menyemangatiku. Goyang kanan, goyang kiri, lompat! Goyang kiri, goyang kanan, lompat!

"Maxie ngapain di situ panas-panasan?"

"Biasa ...," jawabnya kemudian menaikkan kaki kanan lelaki itu di atas semen kecil yang tergeletak di tanah. Bersamaan dengan embusan angin yang datang, ia menarik anakan rambut coklatnya yang menutup mata sipit itu ke belakang.

"HUAA ... MAX GANTENG BANGET!"

Rombongan teman-teman perempuanku seketika heboh. Mereka yang tadinya masih berlari untuk melakukan pemanasan, sekarang berbondong-bondong mengerumuni Maxie, memuja-muja makhluk petakilan yang saat ini mengeluarkan jurus pamungkasnya. Pesona gingsul.

Pak Alde yang melihat siswi didikannya mulai kegenitan segera bertindak turun tangan mengambil peluit.

PRITTT~

"HEH, BUBAR-BUBAR! MASIH KECIL SUDAH NGERTI BARANG BAGUS AJA, SANA LARI KELILING LAPANGAN!"

Terlihat segerombolan penggemar Maxie menggerutu secara berjamaah, bahkan banyak malah diantara mereka yang melakukan gerakan pencak silat. Mereka mencoba merayu guru yang berhobi makan besar itu dengan bakso Mpok Yuyun--yang akan mereka bayar secara kredit nantinya. Biasanya trik ini cukup mujarab.

"NGGAK ADA TAWAR-MENAWAR. KALIAN PIKIR SAYA INI APA? PASAR, OBRALAN, UANG PEMASUKAN DAPUR BULANAN? LARI SEKARANG JUGA, LARI!"

PRIITT~

Teman Atau Teman? COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang