26. Fakta Maxie

41 12 41
                                    

Jika suatu saat nanti, kalian diberi sebuah permohonan dan dijamin permohonan kalian tersebut akan terkabul, apa yang  akan kalian minta di sweet seventeen kalian?

.
.
.
.
.
.

Happy reading💜
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

..
.
.
.
.

Seperti dilimpahi banyak keberkahan, Maxie membawa banyak perubahan di setiap langkah dan perbuatan yang ia lakukan. Saat ia tidak ada, banyak awan mendung yang menaungi kami secara tidak langsung maupun tersusun sesuai rencana. Namun, setelah ia kembali hadir, yang ada hanyalah sinar terang dan hangat yang dapat kami rasakan. Tidak ada lagi awan mendung ataupun bayangan hitam. Terkhususnya aku. Maxie, adalah pencerahan hati bagi kami semua.

Lihatlah si petakilan itu sudah banjir keringat. Ia telah aktif dan mulai mengikuti latihan futsal kembali.

Di lain sisi, Babas juga sedang berpanas-panasan di bawah sinar matahari tetapi berbeda lapangan dengan Maxie yang bermain futsal. Babas berada di lapangan basket bersama yang lainnya sibuk berebut bola dan berlarian.

Aku memantau dua sahabatku yang asik berolahraga di bawah pohon yang rimbun dengan tenang. Kadang aku berpikir, apa nikmatnya berpanasan di bawah sinar matahari dan berebutan bola seperti yang dilakukan oleh Babas dan Maxie saat ini?

Hm, baiklah. Mungkin pikiranku tidak akan pernah menyatu dan sejalan dengan mereka-mereka yang sangat suka berpanasan demi ... memperebutkan bola? Ada-ada saja.

"Hay, Ra!" teriak Maxie. Ia berlari ke arahku dengan tubuh yang banjir keringat. Wajahnya sangat ceria, ditambah lagi dengan kibasan rambutnya yang basah dan penampakan gingsul yang kadang hilang timbul di penglihatan, membuatku tersenyum menunggunya hingga tiba. Sahabatku ini memang benar-benar tampan.

Biasanya akan ada suara jeritan histeris dari para gadis yang mengiringi setiap langkah Maxie, apalagi sekarang ada adegan penampakan pesona gingsul Maxie. Namun, karena saat ini para gadis histeris itu sedang sibuk dengan segala administrasi dan pendaftaran lomba cipta puisi, teriakan tidak bermutu itu musnah dulu untuk sementara.

"Udah selesai latihan?" tanyaku saat ia telah tiba. Maxie menjatuhkan badan di sebelahku, kemudian berbaring tak berdaya. Sepertinya Maxie kelelahan.

"Sekarang udah, ntar nyambung lagi sore," jawabnya.

"Sore latihan lagi? Wah, nggak capek tuh Maxie?"

"Turnamen udah mulai deket Ra, dan ini semua salah aku." Wajah Maxie berubah kecut kemudian mengambil botol minumnya yang memang sejak tadi telah berada di sebelahku.

"Ngilang kayak pecundang!" Maxie melanjutkan.

Aku hanya diam dan menepuki pundak Maxie pelan, mengisyaratkan bahwa ia harus tetap semangat apapun kondisi yang telah terjadi akibat menghilangnya kabar dirinya beberapa hari lalu. Apapun yang telah terjadi, tidak ada gunanya untuk bersesal. Setidaknya, Maxie masih memiliki waktu untuk memperbaiki semuanya. Hanya ini yang bisa kulakukan untuk Maxie--sahabatku. Sekedar menyemangatinya dan menyadarkannya, bahwa aku akan tetap ada dan akan selalu tersenyum untuknya. Untuk sahabatku.

Maxie tersenyum, kemudian kembali menenggak air di botol minumnya.

Aku memandang hamparan rumput hijau yang masih disinari oleh sang mentari yang sejak tadi telah menciptakan rasa hangat di siang ini. Memoriku mulai berputar ulang mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

Teman Atau Teman? COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang