20. Jantung Rara Kenapa?

76 32 180
                                    

Hallo apa kabar?
Alhamdulillah, udah dua puluh bab aja. Padahal, dulu waktu buat cerita ini, MisMoy mau namatin ampe bab ke tiga puluh aja.

Lah ini, udah bab dua puluh konfliknya belum keluar semua 🤧

Terima kasih atas dukungan dan semangatnya semua. Semoga teman-teman selalu suka TAT ya. Selalu baca dan kenang TAT di hati 😙
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading💜
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.

.
.......

.
.
.
..
.
..

.

.
.
..

"Gimana lengan Rara, masih sakit?"

"Nggak kok, Bas. Udah mendingan."

Aku tersenyum menenangkan Babas. Sejak tadi malam, ia tak berhenti menanyakan pertanyaan yang sama.

Aku meminta Babas untuk menyembunyikan masalah luka bakar akibat sepuntung rokok tadi malam dari Bunda dan Papa.

Aku tidak ingin masalah ini menjadi besar yang mengakibatkan kehebohan Bunda. Maklum, efek menggelengkan Bunda masih berlaku dan berjalan sesuai dengan norma kehamilan Bunda.

"Atau kita ke UKS aja ya, itu bisa makin melepuh kalau—"

"Udah Bas, Rara nggak papa kok. Perihnya udah ilang dikit gara salep yang Babas kasih tadi malem. Jadi, tenang aja ya," ucapku memotong ucapan Babas.

Babas membuang napas, meletakkan penanya di meja lantas berdiri. Seluruh tatapan di kelas langsung tertuju padanya, termasuk aku.

"Bas, Babas ngapain?" tanyaku bingung.

Bukannya menjawab, Babas yang masih berdiri di tengah-tengah para murid yang duduk rapi di kursi--memutarkan kepala kemudian menatap Revan.

"Revan," panggil Babas. Sementara yang dipanggil malah kaget nyaris terjungkal dari kursinya.

"Eh, iya Al?!" jawab Revan sedikit berteriak. Babas memasang wajah datar kemudian bersuara.

"Aku sama Rara nggak bisa ikut ujian Matematika nanti, tolong bilang sama Bu Nining kami ada urusan." Babas berhenti sejenak melihat ke lantai keramik, kemudian kembali menatap Revan.

"Urusan penting," lanjut Babas.

Revan hanya mengangguk dan mengirimkan jempol ke udara membalas ucapan Babas.

Seisi kelas masih senyap. Sebenarnya, saat ini kami sedang menunggu kedatangan guru Bahenol kami untuk melaksanakan ujian, tetapi karena yang ditunggu belum juga datang, sekarang fokus kami semua terpaku kepada Babas--si Makhluk Kutub Utara yang tengah mengeluarkan suara basnya tersebut. Tidak biasanya Babas mengeluarkan suara terlarangnya itu di tengah tatapan para siswi yang hampir saja meneteskan air liur memandang Babas.

"Emangnya kenapa kita nggak bisa ikut ujian Bas, ada urusan penting apa sam—HUAA BABAS ...."

~HUAAA ....

Teman Atau Teman? COMPLETEDWhere stories live. Discover now