22. Ada Surat Lagi.

39 14 38
                                    

Happy Reading💜
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.

.


.

.
.
.
.
.
.

.

.
.


Warnanya yang merah kecoklatan, sekarang telah sepenuhnya berubah menjadi coklat kehitaman. Yang tadinya melepuh, kini telah mengering dan menyatu dengan kulit mungilku.

Hm, aku sedang menceritakan keadaan terkini dari luka bakar akibat puntung rokok malam itu. Sejak luka ini membekas di lenganku, aku selalu memakai baju berlengan panjang agar Bunda tidak melihat luka tersebut. Gerah memang memakainya di tengah cuaca yang terik, tetapi akhirnya keimutanku bisa membiasakan diri juga.

Saat ini, Bunda dan Papa sudah berada di dalam kamar mereka. Sejak Isya tadi, Bunda mendadak mengantuk dan mengajak Papa untuk segera tidur. Papa yang masih bermata segar tanpa sedikit pun rasa kantuk hanya bisa mengalah dan mematuhi permintaan Bunda. Kata orang, keinginan orang hamil itu harus dituruti, kalau tidak ... semakin meresahkan!

Aku yang masih menonton televisi sendirian pun mulai jenuh. Tayangan yang kutonton sangat membosankan. Tidak tahu harus berbuat apa, akhirnya aku bersama keimutanku memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.

"Kok, bosen banget ya malam ini?" ujarku.

Kupandangi lingkup kamar dengan seksama bersama tatapan yang penuh kebosanan. Kamar dengan dominasi warna putih bercampur silver  tersebut berpadu dengan dekorasi bunga tulip yang menghias di sekitar dinding kamarku. Meja belajar masih tertata rapi bersama kursinya yang terletak dekat dengan jendela bergorden hallo kitty tersebut. Ada jam beker juga yang berbentuk labu Cinderella di atas meja kecil dekat dengan kasur bulatku. Semua masih sama seperti dulu, tetapi saat ini, aku merasa bahwa semua fitur yang ada di kamarku sangat membosankan.

"Argh ... bosen banget, Rara bosen!"

Aku melangkah dan duduk di kursi belajar. Mengetuk-ngetuk mejanya dengan asal kemudian menggoyangkan kursinya sembarang. Terkadang juga kepalaku mengikuti ritme dari suara ketukan yang telah kuciptakan. Ntah apa yang kuperbuat saat ini, intinya aku sangat bosan! Malam ini benar- benar membosankan!

"Huh ... bosen-bosen gini enaknya ngapain ya?" Aku memandang ke sebelah kanan dari meja belajarku menuju rak buku. Rak ini dibelikan oleh Papa waktu aku masih duduk di kelas lima SD. Buku-buku yang terisi di sana banyak berupa majalah anak dan komik. Mengingat aku sangat tidak suka dengan yang namanya belajar, maka tidak mungkin bagiku untuk mengoleksi buku pelajaran di sana. Satu pun, tidak akan pernah!

"Ah ... nulis aja deh. Udah lama Rara nggak nulis." Kuambil sebuah buku bersampul hijau lumut yang berada di rak buku nomor dua. Buku ini adalah, buku yang biasa  kugunakan sebagai tempat penyimpanan ide abstrak yang terkadang singgah di otak mungilku. Buku ini juga menjadi tempatku untuk bercerita atau mengadu tentang berbagai kejadian yang telah kualami di kehidupan sehari-hari. Ya, bisa dibilang juga bahwa buku ini adalah sahabatku. Sahabat yang selalu menerima segala keluh kesah tanpa mengeluarkan sedikit pun keluhan ataupun penolakan.

Teman Atau Teman? COMPLETEDWhere stories live. Discover now