0.8 Delapan

52 10 30
                                    

Dentuman musik yang keras memenuhi
seluruh penjuru ruangan. Semua orang sibuk dengan kesenangannya masing-masing. Sebagian tengah menggoyangkan badan seirama dengan musik diarea dance floor. Menikmati romantisme bersama kekasih. Sebagian lagi tengah Mabuk. Terkapar lemas dimeja bar. Ada juga yang tampak celingukan mencari seseorang. Seperti Darel sekarang yang sedang celingukan mencari Irene—bartender sekaligus teman yang baru dikenalnya beberapa waktu lalu.

Darel ke sini hanya untuk menikmati malamnya sebentar. Dengan segelas wine beralkohol rendah, mungkin. Dia bukanlah remaja yang kuat minum banyak alkohol sebenarnya.

Setelah matanya menangkap sosok Irene yang berada di belakang meja bar, Darel berjalan mendekat. Berteriak menyapa. Bukan marah, tapi karena musik yang teramat kencang mengharuskannya berteriak lantang.

"Hai, Ne!" sapa Darel.

"Mau apa?"

"Biasa. Wine. Low alcohol. Gue nggak niat mabuk malam ini."

Irene tertawa mengejek. Ini bukan pertama kalinya Darel datang ke Burning Sun, tapi tetap saja tingkat alkohol Darel tidak pernah berubah. Masih cemen. Tidak ada tantangan.

"Silahkan, Tuan."

"Gimana kerja, lo?"

"Tumben nanya. Sejauh ini oke."

Tidak ada lagi pertanyaan. Wajah Darel hanya sedikit berbeda dari biasanya. Ekspresi campuran. Ambigu.

"Kenapa sih?" tanya Irene.

"Nggak pa-pa. Aneh aja. Baru kali ini ada cewek berani banting Hp gue."

Irene tertawa. "Kok bisa?"

"Ya bisa lah. Nyatanya Hp gue hancur. Biasanya juga mereka yang sibuk nyari nomor whatsapp gue. Eh, sekarang gue yang harus ngrelain Hp gegara ngejar satu nomor."

Lagi-lagi Irene tertawa. Sepertinya dia harus mengajari Darel beberapa trik mendekati cewek.

"Lucu sih. Wajahnya kalem tapi bisa galak. Unik," lanjut Darel.

"Iya unik, tukang banting. Jangan-jangan tukang pukul juga."

"Ngaco lo!"

Darel menenggak minumannya lalu mendesis perlahan.

"Kenapa lagi?"

"Butuh duit buat beli Hp."

"Minta bokap lo sono. Ya kali mau malak gue, De."

"Nggak ada yang bisa di palak dari lo. Satu lagi, emang gue anak sultan apa-apa tinggal minta."

"Belagak!"

Darel meminum wine-nya, membiarkan Irene berbicara dengan seorang gadis yang dipanggilnya tadi. Darel hanya melirik sekilas.

"Darel, daripada lo mikir yang nggak jelas, mending kenalan sama temen gue."

Darel berdecak. Salah memang cerita sama Irene. Dengan malas Darel menoleh menatap gadis yang dikenalkan Irene tadi. Tapi saat melihat wajah gadis itu, dia merasa pernah bertemu sebelumnya.

 Tapi saat melihat wajah gadis itu, dia merasa pernah bertemu sebelumnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
I'm (not) Bringer Of DeathWhere stories live. Discover now