28. Dua puluh Delapan

14 4 2
                                    

Menghindar. Itulah reaksi siswa-siswi Senandika yang tahu sudah ada tiga pemuda penguras uang jajannya berdiri di tempat biasa mereka beraksi. Tapi beberapa siswi genit plus anak sultan justru dengan suka rela mendatangi hanya untuk melihat wajah-wajah rupawan itu. Tidak masalah dengan uang lima puluh ribunya yang melayang.

Tiga tangan siap terulur, mencegat mereka yang lewat. Dan uang pun melayang dengan sendirinya ke telapak tangan. Darel menatap satu kakak kelas yang berdiri tepat di depannya. Menggunakan baju seragam yang presbodi, tersenyum centil dengan uang seratus ribu pada jepitan jarinya.

"Gue bayar seratus ribu tapi kasih gue nomor telpon lo."

Attala dan Damar yang menyaksikan itu pun hanya saling lirik. Menanti apa yang akan dilakukan Derel kali ini.

"Kok diem? Kurang ya?"

"Gue bayar limaratus ribu, tapi lo harus enyah dari hadapan gue."

Gadis itu berdecak. "Gue bahkan punya lebih dari itu. Nggak bakal rugi deh lo kasih nomor telpon ke gue."

Darel mengamati gadis itu dari ujung kaki hingga kepala lalu mengangguk. "Cantik sih, seksi, tapi sayang, minus harga diri."

"Duh, gemesin banget sih, Dek."

Damar menganga heran. "Sakit ni cewek,"  batinnya.

Tanpa banyak kata Darel merebut uang dari tangan gadis itu. "Pergi."

Attala pun menarik lengan gadis itu sebelum Darel makin kacau.

"Gue belum dapet nomor telpon dia."

"Nggak usah.. Galak dia."

Attala mendorongnya pelan agar mau pergi tapi nampaknya gadis itu masih saja enggan, sampai akhirnya Attala memilih untuk berpura-pura mengeluarkan ponsel. "Atau nomor gue aja? nggak kalah ganteng gue, Kak."

Gadis itu pun bergidik lalu pergi begitu saja membuat Attala mampu bernafas lega.

"Siniin duit lo!"

Langkah Dira dan Rena terhenti seketika saat Darel memalak mereka berdua. Raut bingung bercampur kaget terpancar dari wajah gadis-gadis itu.

"Siniin duit lo!" ulang Darel.

Dira berjengit, jadi seperti ini rasanya di palak oleh mereka. "T-tapi, De-"

"Kasih duit lo, atau lo bakalan tetep di sini."

"De," tegur Attala dan Damar secara bersamaan.

"Diem kalian." atensi Darel kembali mengarah kepada Dira. Kali ini siratan matanya jauh lebih keruh dari sebelumnya. "Masih nggak mau ngasih?"

"De, aku-" Dira berusaha meraih tangan Darel tapi pemuda itu lebih dulu menghindar.

"Kasih aja duitnya."

"De, lo gila!" Damar mendorong pundak Darel. "Dia itu Dira sama Rena, masa lo malak mereka?"

"Kenapa? Mereka punya duit 'kan? Nggak usah pilih-pilih deh."

Attala menarik lengan Rena agar bersembunyi di belakangnya. "Tapi Rena cewek gue."

"Jadi lo lebih milih cewek daripada temen, Ta?"

"De, kalian itu dua hal yang berbeda."

Darel tersenyum miring. "Jangan terlalu cinta, Ta. Karena lo nggak akan pernah tahu," Darel menoleh ke arah Dira. "Dia beneran suka atau cuma pura-pura."

Setelah itu Darel melenggang pergi meninggalkan Dira yang mematung menatap kepergian Darel. Hingga sebuah tepukan membuatnya menoleh.

"Lo nggak pa-pa?"

I'm (not) Bringer Of DeathWhere stories live. Discover now