23. Dua puluh Tiga

16 5 4
                                    

"Rasamu adalah teka-teki untukku

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Rasamu adalah teka-teki untukku."

🍂🍂🍂

Alunan musik berdenting lirih menyapa seluruh pengunjung kafe malam ini. Suara merdu sang vokalis membuat suasana terkesan romantis. Di meja dekat jendela yang menghadap kafe bagian outdoor ditempati enam muda-mudi yang tengah berbincang asik.

"Gimana sama study lo di Sydney?" tanya Damar.

"Lancar kok."

Seperti rencananya kemarin, Aleta mengundang teman-temannya untuk merayakan kepulangannya. Dia merindukan momen-momen kebersamaan itu.

"Terus kenapa balik?" ucap Darel sebelum satu dimsum memasuki mulutnya.

"Kenapa? Nggak suka banget lo gue balik."

"Nggak gitu, Bego.." Darel mengacak rambut Aleta gemas dan membiarkan si empunya berteriak kesal. Gadis itu masih saja hobi memancing perdebatan.

"Bukannya lo nargetin buat masuk university of sydney. Theatrical lo juga gimana?" sambung Darel.

"Waw, Leta. Lama nggak ketemu, aku ketinggalan banyak banget soal kamu ya," sahut Dira.

"Nggak juga, Dir. Kutukupret ini aja yang terlalu update soal gue."

Dira hanya tersenyum sebagai tanggapan sembari menunggu Aleta melanjutkan perkataannya.

"Dan alasan kenapa gue balik lagi ke sini– ih sebel banget gue sebenernya, orang yang pindah gue kenapa harus ngasih alasan ke kalian sih? Kesannya kalian itu nggak suka sama kepulangan gue tahu!"

"Ya nggak gitu juga!"

"Gue balik ya karena bokap gue ada urusan kerjaan di sini. Jadi mau nggak mau gue harus ikut pulang, nggak mungkin juga gue tinggal di sana sendirian. Buat teathrical gue skip dulu, rencananya bakal nyari klub baru di sini. So, if you have any information about it, please let me know, okay? Buat target kuliah, gue tetep pengen masuk university of sidney dan bisa gue usahain dari sini juga. Semoga aja."

Mereka tampak menganggukkan kepala.

"Btw, lo kok nggak ngabarin kita dulu sebelum balik?" tanya Attala.

"Nggak penting."

"Kan bisa kita jemput di bandara."

Aleta mengibaskan tangannya lantas beralih menatap gadis yang duduk di sebelah Attala. "Eh, siapa tadi nama lo? Rena ya? Mau banget sih sama si bobrok satu ini."

"Heh diem ya lo, Masripah!" Attala.

"Apa sih nggak terimaan," Aleta.

"Lo nggak tahu aja Attala mainnya pelet," sahut Damar sembari menjulurkan lidah.

I'm (not) Bringer Of Deathحيث تعيش القصص. اكتشف الآن