35. Tiga Puluh Lima

7 3 0
                                    

"Bunda mau masak apa?"

Seorang bocah berseragam SMP itu berjalan mendekati sang Bunda yang tengah memasak di dapur. Aroma masakan yang begitu sedap membuatnya rela meninggalkan kasur dan game-nya.

"Bunda mau masak gurame pedas manis kesukaan Ayah," ucapnya sembari mengambil ikan gurame yang sudah dicuci. "Kok belum ganti baju sih, Dek?!"

"Besok udah nggak dipakai lagi kok, Bun."

"Ya tapi tetap ganti baju sayang, nggak baik kayak gitu. Kamu harus bisa menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Seragam dipakai waktu sekolah, kalau udah pulang ya ganti."

Dengan santai Darel duduk di meja dapur bersih sembari mengamati bundanya menuangkan bumbu tambahan ke dalam masakannya. Dia meringis, khawatir ikan guramenya akan disiplin juga nanti karena dapat tambahan bumbu ceramah mengenai perseragaman.

"Budhe ke mana, Bun?"

Bunda berdecak sebal karena putranya itu selalu mengalihkan topik pembicaraan. "Ke supermarket, tadi Bunda suruh beli bahan masakan yang habis."

Darel menoleh ke arah meja makan dan ruang televisi yang terlihat sedikit.

"Abang juga belum pulang, ya?"

"Iya, tadi katanya ada seminar fotografi di sekolahnya. Makanya pulang agak telat. Tahu sendiri 'kan abang suka moto."

Darel terkekeh pelan sembari mengangguk. "Iya, hobi ngoleksi wajah-wajah jeleknya Darel juga."

"Abang cuma becanda itu."

"Darel tahu kok, Bun."

"Adek?"

"Iya, Bun?"

"Tolong ambilkan ponsel di kamar bunda, dong. Takut Abang telpon minta di jemput."

"Biasanya juga telpon Pakdhe, Bun," ujarnya sembari melompat turun dari meja menuju kamar bundanya.

Belum sempat Darel memasuki kamar, suara ledakan dari belakang membuatnya menoleh terkejut lantas berlari panik menuju Dapur.

"BUNDA!"

Darel berdiri di depan pembatas dapur dan ruang makan. Menatap api yang begitu cepat menjalar ke seluruh dapurnya.

"BUNDA! BUNDA DENGAR DAREL?!"

Hanya suara batuk yang terdengar. Membuat Darel semakin panik dan berusaha menembus kobaran api. Tidak peduli tubuhnya akan ikut terbakar atau tidak. Yang terpenting sekarang adalah keselamatan Bundanya.

Dia langsung memeluk sang Bunda erat ketika berhasil menembus kobaran api. Udara di sini panas. Darel celingukan mencari sesuatu yang bisa membungkus tubuh Bunda, tapi tidak ada.

"DAREL KELUAR! NANTI KAMU TERBAKAR!"

"Darel nggak mau ninggalin, Bunda," ujarnya sembari membangunkan Bundanya.

Kobaran api semakin membesar, menjilat-jilat. Darel menarik Bundanya saat semburan api hendak meraup tubuh wanita itu—membuat mereka terdorong ke belakang. Gemerutuk kontak listrik di tembok terdengar semakin mengerikan. Dengan hati-hati Darel menuntun Bunda untuk melangkah.

I'm (not) Bringer Of DeathNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ