[ SEANTERO - 13 ]

8.4K 2K 688
                                    

Masih waiting Tero nggak?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Masih waiting Tero nggak?

Maaf pisan, lama nggak up, euy.😆😆

Silakan revisi typo🤎

SPAM TERO HERE🤎🤎🤎

CHAPTER 13 - SIK ASIK

NORMAL POV



Alano merupakan seonggok manusia paling tidak waras yang pernah dikenal Seantero di muka bumi bulat ini. Bayangkan betapa kejamnya Alan mengirimkan pesan berisi 'Dek, aa gak bawa motor, anterin pulang boleh?' kepada Voila.

Voila juga, mengapa terlalu baik sampai mengiyakan permintaan tersebut? Kan jantung Seantero sudah sekarat mau copot dari dada kirinya. Ya, tetapi Seantero ada secubit rasa terima kasih pada Alano.

Kapan lagi coba ia bisa dibonceng pulang gebetan? Kalau mengandalkan kemampuannya sendiri, keburu kena tikungan tajam Seantero.

Cowok itu sedari tadi mondar-mandir sesekali melirik ke bawah lapangan di mana para anggota tim basket SMA Setia Husada berlatih di jam akhir pelajaran.

“Voila sebenernya mau dibilang tomboy kagak, dibilang kagak juga dia lebih manly dari pada lo, Ro.”

Seantero berdecak. “Anying! Gue manly, Lan.”

Alan mencebikkan bibir. Ia merangkul tas punggungnya lalu menepuk pundak Seantero. Ia sudah menemani Seantero menunggu Voila selama kurang lebih setengah jam sejak bel pulang berdering. Alan memang begitu, walaupun sifatnya tidak beres. Ia masih bisa diandalkan sebagai teman baik.

“Gue balik duluan. Mau les bahasa inggris.”

“Hah? Seumur idup lo kagak pernah les, deh, Lan.”

“Iya, tutor gue dateng ke rumah, les privat, gitu. Biar ntar cerita gue banyak bahasa enggresnya, gaul mamen!”

“Siapa tutor lo?”

“Lewat perantara aplikasi onlen, alias kang tinju! Alias maen PS. Mayan, gue tau artinya K.O ama gameover.”

“GAGUNA, BANGSAT!” seru Seantero.

Alan menyengir, membalas perbuatan Seantero mengenai arti nama Banyu tadi. Lagian, ia mana pernah mau ikut les. Mamanya sendiri sudah menurunkan gen kepintaran ke dirinya. Makanya, Alan bertekad punya calon yang kepintarannya di atas dirinya sendiri supaya anaknya kelak tidak usah repot belajar. Punya kemampuan jenius dari lahir. Tinggal dipoles, jadilah bibit Albert Einstein.

“Lo turun, gih, temuin bebeb honey lo. Takut dicaplok Alven.”

Seantero manggut-manggut, lantas berlari menuju lapangan basket. Ia hampir tersandung, beruntung tak jatuh terguling di anak tangga lantai dua.

TARGET BUCIN [LENGKAP]Where stories live. Discover now