[ SEANTERO - 23 ]

6.9K 1.8K 638
                                    

UPDATE LAGI GUIS🥰🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

UPDATE LAGI GUIS🥰🥰

Pencet bintang dulu yok sebelum baca❤

Silakan revisi typo🤎

SPAM TERO HERE🤎🤎🤎

CHAPTER 23 - YAH, BUKAN!

NORMAL POV









“Bangwir, nih kue dari sodara kandung gue,” ucap Seantero.

Pede kelas teri, Seantero menyerahkan cake brownies yang diberikan Alven padanya. Prawira melayangkan sorotan tajam Seantero. Sumpah, ini adeknya kalau sudah tidak kerasukan setan lagi. Prawira akan menyuruh Seantero buat vidio tiktok klarifikasi minta maaf. Wajib ditonton dan disukai lebih dari satu juta kali.

Awas saja, biar Seantero kapok bikin Prawira dendam kesumat.

“Dari siapa, nih? Alven?”

Seantero melotot. “Anjir, Bangwir lo udah terang-terangan?! Shht, jangan ribut nanti penyamaran mama sama papa ketahuan.”

Seantero menaruh telunjuknya di belahan bibir. Menyuruh Prawira diam. Seantero celingak-celinguk, perasaan hari ini kedua orang tua angkatnya pulang, tetapi kenapa belum ada notifikasi kalau mereka berdua sudah di rumah?

Seantero sebenarnya dongkol, rencananya tadi di sekolah mau makan bareng di kantin sama Voila harus ditunda besok. Karena, Voila mengadakan rapat OSIS bersama Alven si OSIS seksi olahraga, Banyu, A dan Alan pula. Seantero merasa sangat kentang tidak bergabung di organisasi mana pun. Mana dirinya juga keluar dari eskul musik karena terhalau restu kedua orang tua.

“Bangwir, masih gamon, 'kan?” tanya Seantero.

“Apaan? Tiba-tiba bahas soal gamon?”

“Nggak apa, sengaja biar lo meratapi nasib,” balas Seantero.

Seantero menyengir kuda, ia merampas kembali kue brownies dari tangan Prawira. Benar kata orang, suatu saat penderitaan pasti akan terbalas. Roda kehidupan akan berputar, sekarang giliran Prawira yang tersiksa.

“Ro, buatin gue mie, deh. Gue laper,” pinta Prawira, berusaha berdamai dengan Seantero.

“Males,” timpal Seantero.

Prawira cuma tersenyum tipis, lalu memungut remote yang tak sengaja terjatuh.

“Oh, oke, nggak usah.”

Seantero yang barusan mau berdiri gagal. “Bang, kok lo nggak maksa gue, Bang?”

“Udah. Lo nggak mau, 'kan?”

Kelopak mata Seantero melotot. “Bang, gue mau, kok. Mie goreng atau mie apa soto?”

“Nggak usah, Ro," tolak Prawira, ia berdiri. “Gue buat sendiri, lo mau dimasakin juga?”

TARGET BUCIN [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang