[ SEANTERO - 31 ]

5.8K 1.8K 1.5K
                                    

Masih cepet kan?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Masih cepet kan?

.
.


Pencet bintang dulu yok sebelum baca❤

Silakan revisi typo🤎

Jangan lupa follow akun wp ini🗿

.
.

SPAM TERO HERE🤎🤎🤎

SPAM VOILA HERE!

CHAPTER 31 - MANIS?

NORMAL POV








Seantero pulang dengan pakaian basah kuyup. Sudah dua kali cowok itu pulang dalam keadaan yang sama. Tinggal menunggu saja kapan virus flu beranak pinak dan membuat seorang Seantero nanti terbaring di ranjang. Sebenarnya, ia tak perlu repot-repot menerobos hujan untuk pulang.

Namun, Seantero ingat sekarang adalah hari terakhir Prawira akan berganti shift. Kata Prawira, shift siang sampai malamnya akan berlangsung selama sebulan penuh. Itu berarti, kesempatan bertemu kakaknya semakin menipis. Apalagi, mengingat orangtua Seantero belum pulang. Pasti, Seantero mulai besok pulang ke rumah tanpa siapa-siapa di sana.

“ASSALAMUALAIKUM! SI BUNGSU PUTRA LANGIT PULANG!” teriak Seantero.

“Waalaikumsalam,” balas Prawira, dari arah living room.

Seantero memandang televisi dan kakaknya secara bergantian. Prawira tengah menonton film barat. Tokoh utama cowoknya bertatto, tinggi, dan Seantero merasa tak asing dengan wajah itu. Oh! Seantero ingat! Itu visualisasi yang digunakan di cerita yang sering dibicarakan Alan.

“Bang, itu judulnya apa, Bang?”

“Kenapa emangnya?” sahut Prawira, seraya mengunyah keripik singkong.

Seantero buru-buru duduk di sebelah Prawira. “Mau gue kasih tau Alan, Bang. Dia ngepens sama itu,” kata Seantero, menunjuk layar saat pemeran utama tengah berdebat.

“After series kedua,” jawab Prawira.

“HAH? ITU AFTER, BANG? BENERAN?!”

Seantero mendadak melotot. Ia menelan ludah, demi apa? Ia sangat terkejut melihat penampilan pemeran utama. Ternyata, definisi badboy di mata Alven itu seperti si onoh. Pantasan kemarin dirinya dikatai Jamet. Selain style, untuk terlihat serupa badboy, muka juga perlu dikondisikan. Seantero tidak akan cocok.

“Lo mikir apaan?”

“Bang, lo mau nggak jual istri pertama lo?”

“Jangan mulai, plis— Abang nggak mau stress dulu, Yo. Mana ada gue jual motor kesayangan gue. Lagian, duit buat apa lagi, sih? Kemaren udah ngutang buat biaya makan Bittie, udah maksa A ngebiayain tes DNA. Kali ini lo mikir apaan?”

TARGET BUCIN [LENGKAP]Where stories live. Discover now