[ SEANTERO - 42 ]

7.3K 2K 3K
                                    

SIAPIN HATI OKE?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SIAPIN HATI OKE?

Oh iya, Buna saranin denger lagu yang di mulmed🤧🤧

Pencet bintang dulu yok sebelum baca❤

Silakan revisi typo🤎

Jangan lupa follow akun wp ini🗿

.
.

SPAM TERO HERE🤎🤎🤎

SPAM VOILA HERE!

CHAPTER 42 - SENYUM

NORMAL POV










Seantero bisa dicap melarikan diri, cowok itu menjauh tepat setelah papanya bertemu Dokter. Tujuannya cuma satu, Mushola Rumah Sakit. Ia menapaki kaki kanan ke dalam Mushola. Di sana tak ada siapa-siapa, sebab ini bukan waktu beribadah.

Seantero duduk dengan melipat kaki di baris depan dekat mimbar Mushola. Ia memandang kosong tanpa arti.

“Tero harus mulai dari mana, ya?”

Ia mengucak mata. Kemudian mengembuskan napas panjang. Terlampau banyak kalimat di benak Seantero yang tak bisa ia ungkapkan.

“Tero nggak pernah ngerasain sesakit ini, Ya Allah ....”

Seantero meremat dadanya. Ia ingin menghilangkan rasa tercabik-cabik yang memenuhi relung pemuda itu. Ia masih bisa kuat pada masalah yang lain, ia masih sanggup mengukir senyum atas segala beban yang menimpa hidupnya.

Namun, untuk yang satu ini. Bukankah setiap manusia memiliki batas wajar kesabaran?

“Seantero mau bilang makasih udah percaya kalau Seantero bakalan bisa ngelewatin ini .... Tolong .... Seantero angkat tangan— bahu Seantero udah patah bahkan sebelum nanggung beban kehilangan mami, tolong ....”

Bibir Seantero bergetar, memucat serta lelehan air mata yang berlinang di pelupuknya semakin gencar mengalir. Ia menangkup kan tangan, berharap setiap kalimatnya dapat didengarkan saat berbicara dengan sang Pencipta.

“Maaf .... maafin Seantero, ayo .... Seantero yang salah, 'kan? Hukum Seantero jangan mami .... Mami-nya Tero udah pernah sakit waktu ngelahirin Tero ....“

Seantero tidak perduli lagi pada sekitar. Senyum yang selalu menghiasi bibirnya sirna. Binar matanya kini nampak sangat terluka. Karena, pada dasarnya, Seantero tak membayangkan bisa menanggung luka sedalam ini.

“Tero nggak mau kehilangan mami. Tapi, Tero nggak kuat liat mami kesakitan. Tero harus apa?”

Seantero mengepalkan tangan lalu menengadah.

TARGET BUCIN [LENGKAP]Where stories live. Discover now