10. Serangan Pertama

124 32 5
                                    

Disclaimer :

Beberapa lagu, Image/ Screenshot, Picture, yang terdapat di dalam cerita fiksi ini di ambil dari banyak sumber

dan penulis menambahkannya dalam cerita fiksi ini semata mata sebagai sarana agar pembaca dapat ikut melihat imajinasi penulis

Hak Cipta sepenuhnya milik pemilik aslinya, tanpa bermaksud merugikan pihak manapun.

.
.
.
.
.
.
.

Happy reading

💜💜💜


Sepanjang jalan aku tersenyum, memikirkan siapapun yang melihat akan mengira kami adalah sepasang suami istri dengan seorang anak yang membanggakan,

aku bangga pada Turangga Wesi, dia menjaga miliknya dengan sangat baik, wanita ini berpengaruh baik bagi anak kecil, tapi sangat buruk bagi pria dewasa

dapat menimbulkan pikiran kotor bagi siapapun yang berada didekatnya.

.

.

.

Kami tiba di desa pinggir hutan menjelang senja, matahari masih nampak tapi penduduk desa ini malah sudah menghilang, para prajurit berkelompok di sepanjang pinggiran desa, seolah tidak saling mengenal, kami sedang dalam penyamaran.

Jelas sekali ada sesuatu yang aneh di desa ini, aku sempat melihat Laras memindahkan posisi anakku, kini dia menggendongnya dengan erat,

kami berhenti di satu rumah dengan pendopo besar di depannya, belum menurunkan keduanya melainkan berusaha menemui akuwu desa ini,

.

"Sampurasun ... Kisanak ... mohon tolonglah istri dan anakku, kami kemalaman ... " ucapku berdiri sedikit membungkuk di depan pendopo, hingga beberapa kali tidak ada sahutan Laras kulihat mulai cemas, dia memberi isyarat untuk mengijinkannya turun, tak punya pilihan selain menurunkan mereka berdua sekaligus, Turangga masih nyenyak dalam pelukan Laras,

.

"Permisi ... eh ... Sampurasuuuuun ... Kisanak, tolonglah saya dan anak saya, kami membutuhkan tempat bermalam ..." Teriak Laras membuat Turangga bangun, aku menggantikan menggendongnya saat kulihat seorang wanita tua tergopoh gopoh datang dan menarik Laras masuk,

.

"Cepat masuk, bawa anakmu, kau ceroboh sekali ... " wanita tua itu langsung menutup pintu lalu menghalanginya dengan sebuah meja,

.

"Maafkan kami Nyi ... kami kemalaman, perjalanan hari ini sulit sekali ..."

.

"Kiii ... kemari kau, pengecut sekali ... aku benarkan ... mereka benar benar orang kemalaman" kembali wanita tua itu bersungut sungut saat melihat kakek tua berjalan mendekati kami,

.

"Oh ... maaf kan kami kisanak... desa kami ini sudah hancur, sudah tiga purnama patroli kerajaan tidak datang, purnama pertama perampok datang dan merampas semuanya, purnama kedua mereka mengambil anak anak gadis kami, setelah itu sepuluh hari sekali mereka mengambil apapun yang kami punya,

sekarang kami sudah tidak punya apa apa tuan ... harta kami habis, anak anak kami ungsikan, beberapa orang warga pernah berusaha untuk lapor ke kotaraja, tapi yang kembali malah mayat mereka dalam gerobak pedati ..."

Travel To 1279 SakaWhere stories live. Discover now