13. Penyembuhan

105 32 3
                                    

Disclaimer :

Beberapa lagu, Image/ Screenshot, Picture, yang terdapat di dalam cerita fiksi ini di ambil dari banyak sumber

dan penulis menambahkannya dalam cerita fiksi ini semata mata sebagai sarana agar pembaca dapat ikut melihat imajinasi penulis

Hak Cipta sepenuhnya milik pemilik aslinya, tanpa bermaksud merugikan pihak manapun.

.
.
.
.
.
.
.

Happy reading

💜💜💜


Aku menidurkan Laras disamping Turangga yang lelap, melihat keadaannya yang kurang baik, aku sudah menusuk ujung jari kakinya dan mengeluarkan racun yang hijau kehitaman, tapi kakinya belum berubah warna, pertanda masih ada racun dikakinya,

aku juga sudah mengalirkan tenaga dalamku untuk meleburkan racun, tapi kondisinya belum membaik juga,

.

"Ayahanda ... bibi masih tidur ...?"

.

"Mnn ... iya Raden ... bangun kan bibimu, perjalanan kita masih jauh ..." ucap ku,

.

"Mmmm Bibiiiii ... bangunlah, aku lapar dan haus ... mau pipis ... aku belum mandi ... gigiku masih bauuuuu ...

bibiiii ... " Turangga menatapku bingung, sementara aku tak tau harus berkata apa padanya,

.

"Bibiiiii ... bibi Laras ...

mmm ... Ibuuuuu ... aku Wesiii ... bangunlah"

apa yang dikatakan Turangga ? dia memanggil Laras ibu, dan menyebut dirinya Wesi, dia bahkan mulai berani mengguncang dan memeluk Laras, mulai menaikinya dan duduk diperutnya, perlahan tengkurap di dadanya ...

.

"Buuu ... Ibuuuu ... aku lapaaarrr ... kenapa tidak bangun ..."

kenapa Turangga membuat hatiku merasakan sakit ... aku keluar digantikan nyi Ideung yang sudah menangisi Laras lebih dulu

.

"Prajurit Awang pergi dan carikan aku air kelapa dengan tangkai berwarna merah, bawa sebanyak yang kau bisa dan kembali secepatnya ..."

.

"Baik Gusti ..." prajuritku langsung melarikan kudanya dia meminta warga desa untuk ikut dan mungkin bertanya pada mereka tentang kelapa yang pernah kuminum saat terkena racun yang sama,

aku juga pernah belajar tentang racun saat ikut pelatihan menjadi senopati, air kelapa bisa melarutkan racun jika diberikan tepat waktu.

.

Turangga Wesi menangisi Laras yang belum juga sadar, tak peduli nyi Ideung dan beberapa orang wanita desa mencoba menenangkannya, keadaan desa kembali ramai terutama di rumah akuwu,

warga desa beramai ramai membentulkan rumahnya, beberapa orang berburu dan membuat makanan, sambil menunggu lima belas prajurit kembali dari sarang perampok,

aku kembali menyalurkan tenaga dalamku untuk mengeluarkan racun di kaki Larasati, ya ... kaki yang kemarin melilit pinggangku kini kaku menghitam.

.

.

Satu saat ketika seorang nenek dari desa tetangga menyempatkan berucap terima kasih dan melihat keadaan Laras, dia membantu ku menyembuhkan Laras.

Travel To 1279 SakaOnde histórias criam vida. Descubra agora