58. Melawan Hantu

76 25 7
                                    

Disclaimer :

Beberapa lagu, Image/ Screenshot, Picture, yang terdapat di dalam cerita fiksi ini di ambil dari banyak sumber

dan penulis menambahkannya dalam cerita fiksi ini semata mata sebagai sarana agar pembaca dapat ikut melihat imajinasi penulis

Hak Cipta sepenuhnya milik pemilik aslinya, tanpa bermaksud merugikan pihak manapun.

.
.
.
.
.
.
.

Happy reading

💜💜💜


Mungkin urat takut ku sudah putus di hajar iblis barusan, tidak peduli apapun bentuknya selama aku masih kuat akan ku hadapi, plus tenaga terakhir untuk upaya bunuh diri.

Aku tidak datang jauh jauh kesini untuk di peristri hantu atau iblis,

itu prinsipku ...

jadi aku hanya bersiap dengan kekuatan penuh dari kakek karuhunku, serta paduan ilmu yang kumiliki, soal hasil kuserahkan pada yang lebih berhak.

.

Hal yang menjadi keanehan selanjutnya adalah setiap pukulanku membuat lawanku terlempar dengan kobaran api yang menghacurkan mereka, begitu berulang ulang hingga kekuatanku sendiri akhirnya melemah, di satu saat kelemahanku di baca dengan cepat oleh iblis iblis itu hingga mereka mulai menghantamku dengan sakit yang luar biasa, bukan hanya tubuhku yang terasa terbakar tapi juga pakaianku yang seolah hangus dengan perlahan,

tidak akan ada keberuntungan yang terjadi setiap saat bukan ?,

kini meski nenek dan cucunya itu bertarung melawan bangsanya sendiri untuk melindungiku, hasil akhirnya tetap sama ...

Kami bertiga terkapar dengan tubuh setengah matang, Ayi menatapku bahagia dan berkata hal yang membuatku bangkit dan siap mati lebih cepat.

.

"Nyai dewi ... tidak apa apa jika tidak bisa pergi bersamamu ...

tapi aku bisa mati bersamamu ..."

.

Sungguh ucapannya seperti doping yang membuatku sontak berdiri

.

"Tidak, jangan mati ... ayo pergi !" ucapku tanpa perhitungan lagi, karena setelahnya aku terpelanting dengan dada panas terbakar, bahkan aku bisa merasakan api itu ada di setiap tarikan nafasku ...

Hidupku kembali di perpanjang oleh satu suara yang familiar untukku,

Hanya suara ...

Suara dengan kalimat kalimat yang tidak bisa ku mengerti ...

Suara yang membuat para iblis itu berasap dan mulai terbakar bagaikan kertas terlalap api ...

Suara itu adalah suara Raden Galih Perbawa ... seorang yang selalu turun di saat nyawaku di tepian jurang kematian,

asap tebal mengikuti teriakan mahluk mahluk mengerikan itu, gubuk gubuk mereka terbakar satu persatu, desa hantu ini terang benderang penuh kobaran api sampai beberapa lamanya.

Kesadaranku yang melayang layang karena sakit dan takut kembali ketika api mulai redup ...

menyadari sepenuhnya bahwa diriku sendirian di tempat ini ...

ya ...

sendirian ...

Aku tidak melihat siapapun, dan apapun selain api redup ...

Travel To 1279 SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang