25. Kulepas, Kugenggam

122 29 2
                                    

Disclaimer :

Beberapa lagu, Image/ Screenshot, Picture, yang terdapat di dalam cerita fiksi ini di ambil dari banyak sumber

dan penulis menambahkannya dalam cerita fiksi ini semata mata sebagai sarana agar pembaca dapat ikut melihat imajinasi penulis

Hak Cipta sepenuhnya milik pemilik aslinya, tanpa bermaksud merugikan pihak manapun.

.
.
.
.
.
.
.

Happy reading

💜💜💜

Anakku perempuan, cantik seperti ibundanya, aku adalah lelaki yang sempurna ...

sudah seharusnya aku bersyukur atas apa yang telah Sang Hyang Widi berikan padaku ...

keserakahan hatiku atas Larasati sudah harusnya kuakhiri ...

aku tau godaaan itu sangat kuat, terlebih saat harum rambutnya yang teruarai merasuk dalam penciuman ku,

aku gagal dalam puasaku ...

aku memeluknya erat dan terhanyut untuk sesaat tapi aku tidak mendengar apapun yang dia katakan padaku ...

lalu dengan pengecutnya aku meninggalkannya dalam kobaran hasrat yang sama besarnya denganku,

.

.

.

.

Menatap mata tajam Turangga dengan senyum yang memamerkan deretan gigi rapih nya ... aku kembali pada kesadaranku,

anakku Turangga, dia pasti akan sangat membenciku jika tau ayahandanya melukai hati ibundanya,

banyak kemungkinan atas masa depan Turangga Wesi baik di kotaraja, ataupun di kadipaten Sagalabungah, ayah kandungnya seorang adipati disana, dan Dewi Nandini juga putri seorang adipati, dan aku tidak ingin dia kecewa padaku.

.

Aku menyalurkan tenaga dalamku untuk memulihkan kondisi putraku, dia anak yang kuat, dia akan sembuh dengan cepat, aku juga menyalurkan tenaga dalamku pada  Raden Chandrakara, menteri kanuruhan pasti sangat kecewa mendengar anak yang di gadang gadang akan meneruskan jabatannya ini menjadi cacat,

dia tidak akan bisa masuk istana dengan luka di wajahnya, tapi aku rasa itu bukan urusanku, ada yang harus ku selesaikan saat ki Damang datang,

.

Luka Turangga sudah tidak berbahaya, hanya tinggal penyembuhan saja, dan itu membuatku sangat lega, aku akan memberitahukan Nandini saat aku kembali, dan setelah ki Damang kembali ke pondoknya dengan menawarkan bilik untuk istirahat, aku paham akan keberadaan Laras disana,

Keputusanku sudah bulat ...

Aku akan mengakhiri perasaanku, aku tidak ingin menjadi orang yang serakah atas segala yang telah kumiliki,

dan aku melakukannya dengan baik, aku tidak perlu menunggu kata kata dari Larasati ... itu akan membuatku lemah,

karenanya aku kembali pada Turangga setelah mengatakan yang harus ku katakan pada Larasati.

.

.

.

.

.

Hari ini hari terakhir Raden Turangga Wesi dan Raden Chandrakara di balai pengobatan ...

Aku menyiapkan makanan enak untuk mereka kubawa dari villaku, bukan milik balai pengobatan,

Travel To 1279 SakaWhere stories live. Discover now