12. Keracunan

110 32 7
                                    

Disclaimer :

Beberapa lagu, Image/ Screenshot, Picture, yang terdapat di dalam cerita fiksi ini di ambil dari banyak sumber

dan penulis menambahkannya dalam cerita fiksi ini semata mata sebagai sarana agar pembaca dapat ikut melihat imajinasi penulis

Hak Cipta sepenuhnya milik pemilik aslinya, tanpa bermaksud merugikan pihak manapun.

.
.
.
.
.
.
.

Happy reading

💜💜💜

Aku masih kesal ... Ingat ... !!!!

dan secara kebetulan aku mendapati perampok itu diatas ekspektasiku, dia tampan ... sungguh ... kulitnya cokelat eksotik, dengan sixpack dan beberapa bekas luka sungguh itu sangat seksi,

tapi aku sadar jika dia adalah penjahat, bajingan, bedebah, dan segudang hal buruk yang menyertainya,

aku merasa kesalku tersalurkan melihat wajah keruh pak Senopati, pria tampan yang menggendong anak manis yang bisa bisanya tertidur disaat genting itu jelas marah padaku,

ada baiknya hingga hubungan aneh kami tak perlu berlanjut, sekali tendanganku bersarang di rahangnya tapi dia seperti tak merasa sakit,

it's ok ... aku akan mencobanya lagi.

.

Aku sudah mencoba beberapa jenis ilmu beladiri yang kupelajari setelah menguasai taekwondo dan muaythai secara keseluruhan, aku bahkan belajar aliran wing chun dan menguasai nya dengan cukup baik, alasan pertamanya adalah menurutku itu lebih bermanfaat daripada melakukan aerobik atau yoga,

banyak orang tidak setuju denganku, tujuan orang melakukan senam aerobik atau yoga adalah untuk menggerakkan tubuh, menyehatkan badan, membentuk tubuh menjadi lebih indah, tapi hanya itu ...

berbeda dengan jika melakukan olahraga beladiri, bukan hanya menggerakan tubuh, menyehatkan badan, membentuk tubuh, dan sekaligus melindungi diri dari bahaya,

atau mungkin saja semua yang kulakukan dan yang kusenangi ini telah dipersiapkan agar aku bisa bertahan ditempat ini ...

aku tidak tau ...

Jadi ... yang kulakukan saat ini adalah melawannya dengan kemampuan ku, saat bertahan aku menggunakan wing chun, disaat dia terlihat mundur aku mengganjarnya dengan tendangan tendangan di bagian vital, bukan suatu yang mudah,

perkelahian terjadi lagi, anak buahnya mencoba membuyarkan konsentrasiku dan prajurit pak Senopati membuat mereka bertekuk lutut dengan mudah,

sementara aku ...

nafasku hampir putus meladeni rampok tampan itu dari kesemuanya yang paling menggangguku adalah kemben yang aku pakai ...

Ayolah ... bayangkan memakai kemben saja tidak pernah ada dalam benakku

saat satu tendangan ku dibalas telak dengan tendangan lagi, kakiku seperti kebas dan kesemutan, tubuhku terlempar hampir menghajar tiang pendopo jika saja pak Senopati tidak segera menangkap ku, sedangkan satu tendangan dibalasnya dengan hantaman telapak tangannya yang membuat si perampok terlempar sepertiku.

.

"Berhenti memperlihatkan kemesraan kalian ..." bisiknya sambil menyandarkanku di sisi bilik yang tersisa, dan aku baru mencerna kalimatnya setelah itu ...

Travel To 1279 SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang