44. Persaingan atau bagaimana ?

82 25 2
                                    

Disclaimer :

Beberapa lagu, Image/ Screenshot, Picture, yang terdapat di dalam cerita fiksi ini di ambil dari banyak sumber

dan penulis menambahkannya dalam cerita fiksi ini semata mata sebagai sarana agar pembaca dapat ikut melihat imajinasi penulis

Hak Cipta sepenuhnya milik pemilik aslinya, tanpa bermaksud merugikan pihak manapun.

.
.
.
.
.
.
.

Happy reading

💜💜💜


Aku terbangun seperti habis mimpi basah, tirai ranjang belum di buka tapi aku bisa lihat Elok sudah membereskan bilikku, aku sedikit berpikir apakah Elok mendengar dan melihat aktifitas malam ku bersama Turangga ...?

tapi aku mengabaikannya, aku bangkit dan menyibak tirai ranjangku, baru setelahnya Elok yang membantuku merapihkan tirai itu dengan mengikatnya si kedua sisi ranjang,

.

"tidak melihat susu dan sarapan pagi, apa kau belum mengambilnya ? tanyaku pada Elok,

.

"Maaf nyai dewi ... semua perempuan sedang di kumpulkan, mulai hari ini ada acara resmi pengangkatan gusti Raden Turangga Wesi sebagai adipati"

.

"Hubungannya apa ?"

.

"Ya kita akan makan bersama di alun alun, mmm nyai dewi harum sekali, padahal belum mandi ..." ucap Elok menyela

.

"Apa parfum ... mmm maksudku apakah wanginya terlalu mencolok ?"

.

"Tidak nyai ... harumnya membuat ingin tidur "

.

"Ngaco kamu ... kalo aku makan di alun alun, kamu makan dimana ?"

.

"Kami makan bersama penduduk lainnya di luar alun alun ..."

.

"Apa kau kenyang ... ? makanmu kan banyak, aku khawatir kau tidak makan dengan layak ..."

.

"Ampun nyai ... memang begitu aturannya, hamba memang banyak makan karena kemurahan hati nyai ... memberi makanan enak untuk hamba, teman teman emban yang lain bilang hamba jadi gemuk seperti lembu"

.

"kau ini ...

aku tidak pernah menganggapmu sebagai emban, kau sama seperti Ni'ah dan Epet, kerabatku di kotaraja,

satu hari nanti, jika kita ke kotaraja aku akan mengajakmu ..."

.

"Benarkah ? nyai dewi akan mengajak ku ..."

.

"Hmmm ... sudah ... ayo kita berangkat ... "

.

"Ampun nyai ... tapi nyai harus di sanggul dulu ... "

.

"Aduuh aku kan baru keramasan masa di sanggul ... tenang saja ... aku yang menyanggulnya sambil jalan nanti ..."

Travel To 1279 SakaWhere stories live. Discover now