28. Perjalanan

108 26 1
                                    

Disclaimer :

Beberapa lagu, Image/ Screenshot, Picture, yang terdapat di dalam cerita fiksi ini di ambil dari banyak sumber

dan penulis menambahkannya dalam cerita fiksi ini semata mata sebagai sarana agar pembaca dapat ikut melihat imajinasi penulis

Hak Cipta sepenuhnya milik pemilik aslinya, tanpa bermaksud merugikan pihak manapun.

.
.
.
.
.
.
.

Happy reading

💜💜💜

Setelah tamparan keras dari kalimat Raden Chandrakara aku memutuskan untuk berhenti, butuh keberanian untuk minta izin pada karuhunku yang luar biasa baik dan juga aki Damang si tabib kerajaan hingga  akhirnya aku meninggalkan balai pengobatan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Setelah tamparan keras dari kalimat Raden Chandrakara aku memutuskan untuk berhenti, butuh keberanian untuk minta izin pada karuhunku yang luar biasa baik dan juga aki Damang si tabib kerajaan hingga  akhirnya aku meninggalkan balai pengobatan.

Aku mencoba peruntungan dengan berdagang, taraf hidupku menanjak cukup cepat, aku bisa makan dengan nasi, nasi hitam yang rasanya cukup aneh pada awalnya, tapi rasanya tetap lebih enak dari makan singkong atau umbi umbian,

aku juga memiliki dua anak asuh yang dirawat oleh Ni'ah, satu kali aku menyuruhnya untuk menikah tapi dia malah menangis, dia pernah mengalami pelecehan ketika masih menjadi budak, dia tidak mau menikah dia bahkan takut pada Epet, sungguh kasian ... karenanya aku membawa dua anak dari lelang budak untuk di rawatnya,

sedangkan Epet menikah dan baru punya bayi, mereka semua tinggal di bagian belakang dari pekarangan ku, senang rasanya bisa membantu mereka, aku merasa memiliki keluarga sendiri disini, dan juga senang melihat hidup mereka membaik.

Pernah Raden Galih Perbawa membawaku ke daerah Rangkas Sumedang, yang ku yakini daerah Purwakarta, Jati luhur atau wilayah Sadang di masa depan, mengacu pada sungai besar bernama Sungai Tarum,

meski hampir sembilan tahun aku masih bisa mengingat lokasinya ... aku hanya menyamakan daerah aku di temukan yang mana daerah itu berpotongan dengan sungai Citarum,

tapi tidak ada yang bisa membawaku kembali ke tol Cipularang di tahun dua ribu dua puluh, dan aku mencoba untuk mengikhlaskan keadaan ku selanjutnya.

.

.

.

Kembali pada kehidupan yang harus tetap ku jalani selama dua tahun aku kehilangan Raden Turangga ...

tidak benar benar kehilangan sebenarnya ...

setiap akhir tugas dia selalu mampir sekedar tidur, atau memintaku memasakan makanan untuknya, secara bertahap aku menerima nasibku di tempat ini sampai pemuda tampan itu kemudian datang dengan gembolan ...

Travel To 1279 SakaWhere stories live. Discover now