15. Patroli Sungai Sarayu

111 30 5
                                    

Disclaimer :

Beberapa lagu, Image/ Screenshot, Picture, yang terdapat di dalam cerita fiksi ini di ambil dari banyak sumber

dan penulis menambahkannya dalam cerita fiksi ini semata mata sebagai sarana agar pembaca dapat ikut melihat imajinasi penulis

Hak Cipta sepenuhnya milik pemilik aslinya, tanpa bermaksud merugikan pihak manapun.

.
.
.
.
.
.
.

Happy reading

💜💜💜

Keadaan sudah membaik, aku sudah mengirimkan pesan pada kanda Galih agar memberitahu Nandini bahwa Turangga dan Larasati ada bersamaku, aku yakin dia pasti sangat kehilangan, padahal Turangga sama sekali tidak memikirkan ibundanya,

perhatiannya hanya tertuju pada perjalanannya bersama pengasuh yang jika di keramaian disebutnya ibu, anak itu juga tidak takut pada apapun, dia berani berhadapan dengan para prajurit dengan kesopanan yang tetap dijaga, aku sangat bangga ...

.

Perjalanan kami mengitari desa desa  menuju sungai sarayu melewati sungai sungai besar lainnya,

beberapa kali memasuki desa emban pengasuh anakku memang tidak seperti layaknya emban itu selalu jadi pusat perhatian, kurasa dia memiliki semacam ilmu pelet atau pengasihan,

tidak ada yang tidak suka padanya, giginya yang menyembul itu selalu membuatnya terlihat seakan tersenyum pada siapapun,

khusus untukku meskipun dengan lancang meminta ini dan itu tapi dengan binar bulat matanya aku akan tunduk untuk memenuhinya,

.

Pagi yang dingin ini, aku terpaksa membeli kuda untuknya agar mempercepat tujuan kami berpatroli,

perjalanan sampai sungai Sarayu yang biasa di tempuh tujuh hari  kini sudah lewat tiga hari, dan akan bertambah lagi jika kami sering berhenti,

alih alih membeli kuda pelayanku malah mengajak anakku berbelanja, yang luar biasa adalah dengan tanpa berdosa dia meminta uang padaku ...

Apa itu uang ?

itu adalah beberapa kepeng perak, yang paling gila lagi dia meminta dengan iming iming yang membuatku tidak bisa mengelak ...

.

"Gusti ... mohon berikan hamba uang, hamba harus belanja bumbu masak, hamba akan masak yang enak untuk Gusti dan pasukan ...

lalu hamba ingin membeli kain untuk Raden Turangga juga untuk hamba sendiri, Gusti kan tau kain hamba hanya satu, kan tidak enak pinjam Gusti terus"

.

aku melihat sekitarku, menatap pengawal Cakra yang barusan tertangkap sedang terperangah sebelum membuang muka, yakin sekali jika dia mendengar semuanya,

maka dengan terpaksa aku memberinya,

Ya dengan terpaksa karena pikiran kalutku tiba tiba membayangkannya kain basah seperti di hutan tempo hari.

Travel To 1279 SakaWhere stories live. Discover now