Part 5

997K 47.8K 2.2K
                                    

Kalimat posesif itu mampu membungkam mulutku. Apa maksudnya?

"Sudah ku bilang kan, kau milikku. Sampai akhir milikku, dan tidak ada yang bisa memilikimu selain aku."

"Maksudmu apa?" tanyaku bingung. Dia hanya diam saja dan menatap mataku intens.

"Kau sangat ingin pergi dari sini?" tanya pria itu. Aku mengangguk.

"Tapi ada syaratnya."

"Apa apa?!" tanyaku tak sabaran.

"Kau boleh pergi dari sini asal kau bisa mengumpulkan 100 orang dalam 3 hari."

Hah? Apa katanya?

"Kok begitu? Aku kan sendirian?" tanyaku bingung. Dia mengernyitkan dahi.

"Kalau kau tidak mau tak apa, tidak usah pergi, dan tinggalah disini, selamanya." ucapnya tenang.

Dia membodohiku. 100 orang? Mungkin jika aku membawa 1 orang pun itu masih dibilang tidak mungkin. Ahh baiklah, cuma alibi. Yang penting aku bisa pergi dari sini.

"Baiklah, aku mau." jawabku mantap. Kini dia yang menatapku terkejut.

"Aku pergi."

Sontak aku pun berdiri dan hendak berjalan. Tetapi tak disangka tubuhku limbung dan jatuh merosot kebawah. Ahh menyebalkan.

"Hey, apa yang kau lakukan?!" tanyaku kaget saat dia menggendongku ala bridal style dan keluar dari kamarnya itu.

"Boro-boro mau mencarikanku tumbal, kau berjalan saja susah." gerutunya.

Aku mengerucutkan bibirku kesal. Ngomong-ngomong rumah ini besar sekali. Mewah, seperti istana kepresidenan. Tidak, malah melebihi itu.

"Selamat pagi Tuan, selamat pagi Nyonya." sapaan para pelayan dan bodyguard disana. Tuan yang sedang menggendongku ini hanya menganggukan kepalanya tanpa tersenyum.

Sebut saja dia menanggapi sapaan itu. Terbalik denganku, apa-apaan aku di panggil 'Nyonya' . Aku belum bersama.

Sapaan itu terus berlanjut sampai kami tiba di sebuah ruangan yang kutebak ini ruang makan. Meja makan nya besar sekali bisa menampung 16 orang. Waw.

Salah satu pelayan wanita mengangkat kursi untukku dan Tuan itu pun menurunkan ku.

"Mau apa disini?" tanyaku saat dia duduk di depanku. Dia hanya diam saja dan terus memandangiku. Risih!

Tidak lama dari itu, banyak pelayan wanita yang berseragam sama, membawakan beberapa makanan di atas meja. Banyak sekali dan sepertinya ini makanan berkelas semua.

"Makanlah." titahnya. "Habiskan semua." lanjutnya lagi. What?! Apa dia gila?! Aku disuruh memakan semuanya?

"Aku tidak lapar." jawabku. Dia melotot, matanya mengerikan...

"Makanlah, kalau kau tidak makan tidak usah pergi!" ancamnya sambil memamerkan tatapan intimidasi itu. Jujur saja itu juga membuatku takut.

Dengan berat hati aku memakan makanan yang disajikan didepanku. Ini enak! Tapi aku sungguh tidak lapar. Padahal 2 hari aku tidak makan kan?

"Selama kau tidak sadar, aku cuma memberimu vitamin dan protein saja."

Seakan tahu apa yang di pikiranku, dia berkata seperti itu. Kenapa dia baik sekali? Aku kan tumbalnya, tidak masalah kalau aku mati kelaparan.

"Tuan.. Aku sudah kenyang.." ucapku pelan.

"Jangan panggil aku begitu, panggil aku Sean."

"Eh Sean?"

MINE [TAMAT]Where stories live. Discover now