Part 7

865K 47.7K 1.9K
                                    

Kemana Sean sudah jam 11 malam kok belum pulang?? Aku juga belum bisa tidur dikarenakan rasa penasaran ku yang menggebu-gebu ingin menanyakan sejuta pertanyaan tentang hubungan kami saat ini.

'BRRUUUKKK'

Bunyi pintu terbuka kasar dan seseorang terjatuh di lantai bersamaan. Sean?!!

Dia tak sadarkan diri membuatku berlari memburu pintu dan membopong tubuh besar itu walaupun sedikit kesusahan. Lalu ku letakkan tubuh kekar dan atletisnya itu ke atas tempat tidur, aku membuka sepatu dan kaos kakinya, jam tangan dan dasi yang membelit lehernya begitu kuat. Butir-butir keringat dingin bercucuran dari dahinya. Spontan aku mengelap nya menggunakan telapak tanganku.

"Aku lapar..." Tiba-tiba Sean bicara dengan suara serak tanpa membuka matanya.

"Sebentar akan ku ambilkan makanan."

Belum aku beranjak, tanganku ditahan olehnya.

"Tak perlu, aku hanya butuh ini." ucapnya pelan lalu menggigit pergelangan tanganku. Sedikit aku hanya merasakan sakit. Aku mendiamkannya karena aku tahu dari film yang menceritakan tentang vampire, kalau rasa haus mereka sama saja seperti timah panas yang mengalir sepanjang leher. Apakah sepanas itu?

Tak beberapa lama, Sean melepaskan tanganku dan kembali tidur. Dia tidak keringatan lagi. Nafasnya teratur dan matanya tertutup rapat. Kalau lagi tidur begini, orang pasti menyangka dia pria baik dan juga sopan. Tetapi saat dia marah, monsternya yang 'lain' pun keluar. Menyeramkan bukan?

Ckck apa aku harus tidur berbaring disampingnya? Mataku juga lama-lama mengantuk.

Ahaaa ! Tunggu, atau aku melarikan diri saja? Rasa kantukku tadi menguap entah kemana dan aku berlari pelan menuju pintu, membukanya pelan lalu menutupnya kembali. Aku berlari turun melalui tangga dan saat sampai aku baru ingat kalau rumah ini ada lift. Bodohnya aku. Wuahhh ternyata kalau tengah malam begini, rumah Sean lengang sekali. Tidak ada satupun pelayan atau bodyguard berseliweran. Cocok!

Tibalah aku didepan pintu rumah Sean. Aku ragu, kalau ketahuan bagaimana? Apa aku akan disiksa? Atau dibunuh? Otak, kenapa kau malah menyuruhku untuk tidak membuka pintu ini?!

Buka, tidak, buka, tidak. Arrggghhhhh!!

Apa peduliku? Lantas aku buka saja pintu itu dan..... BLAM !!!

Pintu tertutup paksa dari dalam. Pintu ini ditutup oleh sebuah tangan kanan kekar. Mati aku. I'll go to the hell.

"Mau melarikan diri lagi hmm?"

Bulu kudukku berdiri mendengar suara serak-serak basah itu tepat berbunyi didepan telingaku. Aku tak berani menjawab dan saat itu juga Sean mengangkat tubuhku kasar dan berjalan cepat, ralat, bukan berjalan tapi berlari, ralat, dia teleportasi. Eh aku juga tidak tahu yang pastinya kami telah tiba di kamar cuma hitungan detik.

Sean menghempaskan tubuhku ke atas ranjang dan mengurung tubuhku di antara kedua tangannya.

Aku menatap matanya yang kini berubah menjadi merah tua.

"Lepaskan aku!" Aku pun mendorong dadanya menjauh dan.. berhasil, bahkan tubuh Sean barusan menabrak dinding dibelakangnya. Apakah tenagaku kuat atau Sean memang lemah malam ini?

"Kau berani melawanku hah!" teriaknya dengan mata membunuh. Dia kembali mendekatiku.

"Aku tidak mau lagi kau memperlakukanku begini, Sean. Makan saja aku, aku ini hanya sekedar tumbalmu!"

Sean terkesiap mendengar ucapanku dan berdiri tegap didepanku. Dia meraih pergelangan tanganku dan menariknya ke atas.

"Sakit.."

"Kau tidak tau terima kasih! Aku sudah mengizinkanmu tinggal disini, menikmati semua fasilitas dirumahku dan aku tidak memakan dagingmu ! Apa itu tidak cukup hah!" teriaknya lagi.

Aku menepis tangan nya kasar dan terlepas dengan mudah. Ya aku yakin performa Sean malam ini melemah.

"Jadi ini apa?" tanyaku sambil melepas cincin di jari manisku.

"Jangan pernah kau lepas cincin itu!" bentaknya. Aku tak takut lagi dengannya. Dia sedikit.. Jinak mungkin?

"Ada apa, Sean? Beritahu aku sejujurnya!" suruhku dengan nada tegas. Sean duduk ditepian tempat tidur dan memijit pelipisnya kuat.

"Tidak ada apa-apa."

"Kau bohong!!" teriakku langsung membuang cincin itu sembarangan. Sean berdiri dan kembali menarik pergelangan tanganku.

"BERANINYA KAU!!!!" bentaknya sambil menggeram seperti serigala. Tanpa ragu-ragu aku menendang kuat sesuatu yang sangat vital bagi pria. Dia terkejut dan kesakitan, sangat kesakitan. Aku manfaatkan keadaan itu dan berlari keluar kamar. Berlari sekuat tenaga seperti aku sedang lomba lari. Rekor lariku tercepat selama hidupku.

Aku membuka pintu rumah Sean tergesa-gesa dan menghambur keluar. Terus berlari tanpa menoleh kebelakang dan membuka pagar rumah yang begitu besar itu. Dan aku sedikit bersyukur, pagar rumahnya tak terkunci dan tidak ada sama sekali yang menjaga.

Bahagianya hidupku.

Aku terus berlari tanpa perlu takut akan gelapnya hutan di Alaska ini. Aku lebih takut akan makhluk spritiual seperti Sean. Dia gila dan psikopat. Kalau aku tertangkap, mungkin nyawaku akan melayang.

Tiba-tiba aku terjatuh kasar saat tanganku ditarik paksa dari belakang.

Hah? Sean!? GILA , dia abnormal. Dia crazy. Dia monster. No no, God kill me now.

"Lepaskan aku!!!!!" teriakku terus berusaha menepis tangannya yang menggenggam pergelangan tangan kuat. Ku ralat lagi sangat kuat. Aku yakin akan ada tanda biru setelahnya.

"Lepaskan!!!" Dia menatapku tanpa ekspresi diwajahnya, seperti hantu. Wajahnya pucat pasi dan bola matanya hitam pekat. Dia bukan Sean seperti biasanya. Bukan. Bukan. Bukan. Dia bukan Sean.

"Aku. Kecewa. Padamu." ucapnya sambil menekankan setiap 3 kata tadi.

"Nggghhhhh!!"

Dia menarik pinggangku mendekat dan langsung mencium bibirku kasar.

"Ngg! Sea..n.!" Tubuhku berontak dan mataku mulai panas. Aku menangis, aku tidak tahan, ciumannya kali ini lebih ganas dari sebelumnya.

Dia menggigit bibirku berulang kali sambil menarik leherku agar aku lebih dekat dengannya.

Seakan kehabisan oksigen, Sean melepas bibirku kasar dan mengangkat tubuhku di pundaknya. Membawaku cepat kembali ke area rumah mewahnya itu.

"TIDAK MAU!! LEPASKAN AKU!!!"

Aku memukul punggungnya sekuat tenagaku tetapi Sean tidak merasakan apapun. Tidak lama baginya, kami sudah sampai didalam kamar. Menghempaskan tubuhku kedua kalinya diatas tempat tidur. Seakan tidak mau memberi kesempatanku untuk mendorongnya, dia langsung menindih tubuhku dan menahan kedua tanganku.

"Sean!!!" teriakku sebelum dia kembali mencium bibirku dan melumatnya seakan tidak ada hari esok.

"Sa...kit!!" keluhku lagi. Dia mengacuhkannya dan terus mencium bibirku kasar. Hikssss, isak tangisku saat dia mulai menggigiti bibirku.

Tapi tak kuduga dia melepaskan bibirku kemudian dan beranjak dari tubuhku. Wajahnya tanpa ekspresi sedikitpun. Lalu dia berjalan keluar kamar. Apa yang dia lakukan?

Sungguh dia bukan manusia, tenaganya benar-benar kuat. Aku meringis kesakitan saat memegang pergelangan tanganku. Memar kebiruan, Ya Tuhan.

Aku dikejutkan oleh pintu terbuka dan Sean membawa sebuah... Tunggu apa itu? Itu seperti... Tidak.. Tidak.. Ya Tuhan tolong aku, cabut nyawaku sekarang! Tidak Tidak... Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan mundur kebelakang. Sean tengah membawa sebuah alat pencambuk !!!

Tbc

Malam :D hahahahahahaha maafkan aku kalau part ini agak GJ :D tapi begininlah adanya:) vommentsnya jgn lupa ya guys:D
Bahagianya hidupku.
Kedua kelimat itu aku kutip dari seorang author yang lucu banget, mianhae:D aku seneng banget ama dua kata itu ekekekeke happy reading^^

MINE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang