Part 9

910K 44.5K 2.4K
                                    

"KAKAAAAAKKKK !!!!"

Belum selesai Sean bicara, seorang laki-laki yang sepertinya seumuran denganku masuk kedalam kamar. Siapa dia? Refleks saja, aku dan Sean menoleh.

"Eh, Nate. Kapan datang?" tanya Sean langsung berdiri dan memeluk laki-laki itu. Sepertinya mereka akrab sekali.

"Barusan saja, aku langsung kesini. Dia siapa, kak?"

"Dia Tika, istri kakak. Tika, ini Nate adik aku." Kata Sean memperlihatkan dia kepadaku. Mata Nate membulat besar dan dia seperti kemasukan setan saja, baru kenal sudah langsung memelukku kuat.

"Sesak..." rintihku saat dia mengencangkan pelukannya.

"Nate, lepaskan dia." suruh Sean tapi tak digubrisnya.

"Kau wangi sekali, wangimu sangat menggodaku.." ucapnya lalu menjilati luka dipipiku.

"Hey, Nate. Jangan coba-coba." cegah Sean sambil menarik tubuh Nate agar menjauh dariku.

"Kenapa? Punya kakak berarti punyaku juga kan?"

"Ya, kecuali dia. Sudah keluar sana !" suruh Sean sambil mendorongnya keluar kamar. Aku bingung kenapa seperti ini keadaannya.

"Maaf, tadi adikku. Tumben sekali dia datang kesini."
"Ya, mungkin dia ingin bertemu denganmu."
"Maybe. Tika, hati-hati dengan dia. Jangan terlalu dekat dengannya." ucap Sean sambil mengelus rambutku.

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa, dia tidak akan lama disini, nanti dia pulang kerumah orang tuaku." ucap Sean sambil berjalan keluar kamar. Sebelum itu dia mengecup bibirku sekilas. Kebiasaan barunya suka sekali mengecup bibirku.

Orang tua Sean? Si Alpha dan Vampire itu? Aku jadi penasaran. Tapi mengapa dia seperti cemas begitu ya padahal adiknya kelihatan seperti anak polos. Jadi tidak mungkin dia menyakitiku.

Huft, bagaimana aku mau mandi, pasti luka ditubuhku perih kalau terkena air. Aku malu untuk keluar dengan luka bekas cambukan di pipiku ini tapi perutku sudah sangat lapar ingin di isi. Ku lihat jam diatas nakas, jam 8 pagi. Pantas saja perutku kelaparan.

Aku pun keluar dari kamar itu dengan langkah lambat. Sapaan yang biasa dilontarkan para pelayan dan bodyguard memang seperti biasa tetapi ada yang berbeda saat mereka menatapku. Kasihan mungkin?

"Nyonya ingin sarapan?" sapa salah satu pelayan.

"Ya."

"Mari saya antar." Dia pun mengantarku ke meja makan. Tak beberapa lama, adiknya Sean datang dan duduk disampingku. Dimana Sean sekarang?

"Hai." sapa Nate saat duduk disampingku.

Aku diam saja dan tak ada niat untuk membalas sapaan itu. Aku sibuk menyantap roti isi yang telah disediakan oleh pelayan tadi.

"Tika, itu di pipimu luka bekas apa?"
Aduh aku harus jawab apa? Akhirnya aku hanya diam. "Apa kau disiksa kakak ku?" tanya Nate lagi.

"Tidak kok, hanya jatuh." Aku menjawab tanpa berpikir lagi.

"Tapi luka itu seperti bekas cambukan. Kata pelayan juga sering mendengar teriakanmu. Apa semalam kau di cambuk kakak ku?" tanya Nate. Kenapa dia cerewet sekali sih !?! Aku bingung.

"Maaf." ucapku langsung pergi dari meja makan.

Nate mengejarku, "Tunggu dulu." Dia memegang lenganku supaya aku berhenti.

"Ada apa?"

"Ikut aku."

"Mau kemana memangnya?" tanyaku waspada.

MINE [TAMAT]Where stories live. Discover now