Part 18

183K 8K 267
                                    

WAJIB VOTE & COMMENTS!

****

"Oh Tika! Ayo siap-siap, Kita akan ke bandara sekarang!"

Aku dikejutkan oleh datangnya Mama dari ruang tengah dengan membawa tas jinjing ditangan lentiknya itu. Beliau juga sudah berpakaian rapi saat keluar tadi.

"Mau kemana, Ma?" tanyaku bingung.

Mama memutar bola matanya sebal, "Jemput papa kamu sayang! Cepatlah, Mama sudah memanggil taksi."

"Waaahh benarkah?? Oke tunggu. Aku ganti baju dulu, Ma !" seruku langsung bergegas pergi kedalam kamarku dan membuka kemeja serta celana jeans ku ini.

Aku menggantikannya dengan baju kaos putih garis-garis dan diluarannya baju kodok berwarna pink terang. Lalu aku juga memakai kets berwarna putih dan rambutku, kusengaja tergerai untuk menutupi bekas gigitan Sean dileherku.

Setelah itu, aku menyusul Mama yang sudah berada didepan rumah karena taksi yang dia telepon sudah datang. Lantas aku dan Mamaku masuk kedalamnya.

"Ma, tadi Sean menelfon Mama ya?" tanyaku saat kami sedang didalam taksi yang melaju dengan kecepatan rata-rata.

"Iya, kamu bolos kuliah yaa??" tanya Mamaku balik sambil memamerkan seringai khasnya yang menyebalkan itu.

"No, Ma. Memang hari ini kosong kok. Hehe."

"Alaaahh, tidak usah bohong. Mama tau kok."

Aku hanya memajukan bibirku kedepan pertanda aku lagi kesal. Huh Mama, sok tau aja deh.

Tiba-tiba handphone di saku baju kodokku ini bergetar. Ada SMS masuk rupanya dan yang aku yakin itu dari Sean. Baru saja bertemu sudah mengirimiku pesan.

From: Sean (+113xxxx)
(Lagi Dimana sayang?)

Huh, dia kan tahu aku lagi dimana. Bukankah kalau dia berpikir aku masih dirumah setelah dia mengantarku tadi. Tapi.. Apa aku harus memberi tahu dia ya kalau aku lagi didalam taksi dan sedang menuju bandara? Baiklah.

To: Sean
(Menuju bandara)

SMS-ku terkirim. Selang 5 detik setelah aku SMS tadi, terdengar ada panggilan masuk. Astaga, ternyata Sean yang menelfonku. Lebih baik aku tidak usah memegang handphone saja kalau begini jadinya.

"Halo?" salamku padanya. Dia diam beberapa saat.

"Tunggu aku disana, jangan kemana-mana!! Kalau kau pergi dari kota ini, awas saja!!"

Tut.

Bunyi suara telepon berakhir. Aku mendengus kesal. Yang benar saja, dia mengira kalau aku yang akan pergi. Lelaki itu sangat-sangat posesif.

"Dari Sean ya?" tanya Mama lembut. Aku hanya mengangguk lemah. Lalu Mama kembali tersenyum jahil padaku.

"Mama suka dengannya. Sopan, lagipula sepertinya dia sangat menyayangimu. Dia berjanji menikahimu setelah kamu lulus kuliah nanti." jelas Mamaku panjang lebar.

Mulutku menganga mendengar penjelasan beliau barusan. Apakah Sean serius bicara seperti itu? Berarti dia belum beritahu Mama perihal 'pernikahan' kami berdua. Weh.

"Ma, tapi aku tidak mau menikah dengannya!"

"Hush, kamu tahu sayang, dia anak dari bos Papa mu di perusahaan." balas Mamaku dan jelas aku baru tentang ini.

Mana mungkin Sean anak dari seorang Konglomerat, pengusaha tambang emas terbesar dinegara ini. Itu tidak mungkin. Perusahaan itu juga banyak anak cabang dimana-mana. Kalau benar seperti itu, pantas saja dia kaya raya.

MINE [TAMAT]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum