Part 6

984K 50.7K 3.7K
                                    

Dingin... Tubuhku menggigil.. Kepalaku pusing sekali..

"Tidurlah istriku...."

Samar-samar aku mendengar suara lelaki berbicara sangat lembut. Istri? Apakah aku sedang bermimpi?

OoO

Sinar matahari pagi menusuk mataku, pelan-pelan kubuka mataku dan melihat Sean sedang membuka gorden jendela yang berwarna kuning keemasan itu.

"Sudah bangun?" tanya Sean menghampiriku dan duduk disebelah aku berbaring. Pakaiannya sangat rapi, memakai jas hitam dan celana dasar dengan warna yang sama. Tak lupa pula dasinya. Seperti pegawai kantoran.

"Hem.."

Aku mencoba duduk dan tiba-tiba sesuatu jatuh dari dahiku. Sebuah kain basah?

"Semalam kau demam tinggi, jadi aku mengompresmu." ujarnya menaruh kain basah itu kedalam baskom di bawah tempat tidur. Kok dia perhatian ya?

"Kenapa aku bisa demam?"

"Karena kemarin kau digigit oleh orang lain selain aku, tubuhmu menolak." jawabnya tenang. Jujur, aku masih tidak mengerti. Tubuhku menolak atas apa?

"Sean sebaiknya aku pergi saja dari sini, maaf sudah merepotkanmu. Aku janji akan bawakan tumbal lain untukmu."

Mendengar ucapanku barusan, dia langsung memegang pergelangan tanganku dan menatapku dengan tatapan membunuh. Seram....

"Apa maksudmu?!"

"Engh.." dia mencengkram pergelangan tanganku kuat. "Aku..aku.."

Ya Tuhan, kenapa sekarang aku sangat takut padanya?

"Aku tidak mau mendengar apapun lagi tentang ini." ucap Sean dengan masih menggenggam tanganku kuat. Tanganku perih.

"Tapi, aku mau.... mmphhh!!"

Ucapanku terpotong karena Sean langsung membungkam mulutku dengan bibirnya. Seperti biasa, dia mengambil alih bibirku.

Tak beberapa lama dia pun melepaskannya, rasanya bibiku sedikit membengkak dan basah kemana-mana.

"Aku tunggu di luar, kita sarapan dulu." ucapnya lalu pergi meninggalkanku. Sebelum dia menutup pintu, dia melihatku lagi.

"Jika tidak keluar juga, akan ku hukum." lanjutnya. Hukuman? Jadi ciuman tadi salah satu hukuman darinya? Aneh.

Sebaiknya aku cepat-cepat keluar daripada harus menerima hukuman lagi. Aku pun keluar kamar dan sapaan para pelayan wanita serta pria-pria bertubuh kekar sama seperti kemarin. Memanggilku Nyonya. Aku masih gadis tahu! Sepertinya akan ku tanyakan ini pada Sean.

Aku sudah sampai di meja makan, Sean sedang memakan roti bakar dan disampingnya ada susu vanilla. Aku duduk disebelahnya, didepanku juga sama, ada beberapa roti bakar dan susu. Bedanya punyaku susu coklat.

"Makanlah, habiskan." titahnya dengan mata mengancam. Aku hanya menunduk dan mulai memasukkan roti itu kedalam mulutku. Kenapa pria ini selalu menyuruhku? Dan perintahnya itu mutlak tak bisa dibantah. Aura intimidasi nya memang benar ada.

"Nanti aku akan pergi." katanya memecahkan keheningan. Aku melihatnya dengan ekspresi datar saja. Kau pergi kemanapun juga aku tidak peduli, batinku. Tapi kalau kenyataan aku tak berani bicara seperti itu.

"Jangan pergi kemanapun selagi aku pergi." ucapnya lagi. Aku hanya diam saja. Kalau dibantah pun masih dia yang menang.

"Sean, kenapa semua orang memanggilku Nyonya?" tanyaku tiba-tiba. Sean sepertinya terkejut saat aku menanyakan itu. Dia tidak merespon pertanyaanku dan terus memakan roti bakarnya. Huh, aku mendengus kesal. Awas saja, kalau dia bertanya padaku, tidak akan ku jawab juga!

MINE [TAMAT]Where stories live. Discover now