Part 8

879K 45.4K 2.3K
                                    

Aku turun dari tempat tidur itu cepat dan sedikit syok saat melihat Sean membawa sebuah cambukan yang agak besar !! Tidak mungkin.. Apa dia mau menyiksaku?! Ayah, Ibu!!! Dia psikopat !!

Sean menghampiriku dengan masih memegang cambukan yang berlipat ditangan kanannya.

"Sean, tunggu...!!" Aku mundur perlahan sampai punggungku terbentur dinding kamar. Raut wajah pria ini sama seperti tadi, tidak ada ekspresi sama sekali. Bola matanya hitam pekat. Dia berhenti berjalan saat berjarak kira-kira 1 meter didepanku.

TAR !

Bunyi cambukan memecah gendang telingaku. Sean mengayun cambukan itu ke atas lantai.
"Sean, aku mohon.. Jangan.." Aku naik ke atas tempat tidur dan berjalan diatasnya hingga aku bersebrangan dengan Sean. Sean kembali mengayunkan cambukan itu ke arahku. Untungnya tidak kena karena jarak kami agak jauh. Dia psikopat gila.
Aku berlari memburu pintu dan membuka pintu. Sial, pintu kamar Sean dikunci dan tidak ada kunci yang menggantung disana.

TAR !

"Agghhhh!"
Sontak aku terduduk dilantai saat cambukan itu mengenai kakiku. Aku menoleh kebelakang dan berdiri cepat walaupun dengan satu kaki. Sean sudah berada tepat dibelakangku.
"Sean, hentikan!!" teriakku. Sean kembali mengayunkan cambukan itu ke arahku. Aku menghindar ke samping.

TAR !

"Enggghhhhhh!!" Tak disangka ujung cambukan itu mengenai pipiku. Aku tak tahan, ini sakit sekali. Pipiku perih dan tak lama dari itu darah menetes dari pipiku. Mataku mulai memanas dan bulir-bulir air mata menetes dari kedua mataku. Sean membuang cambukan itu ke sembarang tempat dan menarik pinggangku kasar hingga tidak ada jarak sama sekali diantara kami.

"Mmpphh!!"

Sean merengkuh daguku menggunakan tangan kanannya dan dengan lihainya dia memasukkan lidahnya kedalam mulutku. "Se....an, nggh hh-" keluhku saat ciumannya itu berubah menjadi liar dan tak teratur. Dia melepaskan bibirku kasar hingga tertarik kedepan dan berpindah ke area pipiku yang terluka tadi. Menjilatinya seakan luka cambukan itu sebuah permen manis. Nafasku tersenggal saat Sean terus saja menciumi bekas cambukan itu.

"Arggh!! Sakit Sean, Stop!!"
Aku menggeliat dan berusaha melepaskan kungkungan tubuh kekarnya itu. Sean sengaja menggigit pipiku yang terluka tadi membuat luka tersebut semakin parah.

"Hiksss, hikss, hentikan!!" Aku meremas kemeja putihnya itu seakan ingin menahan rasa sakit yang terus menjalar tubuhku.
"Sean, cukup, cukup..ngg" suaraku semakin pelan karena pandanganku sudah kabur dan kepalaku berat seketika.

-----O-----

Sean's POV

Sial ! Apa yang barusan aku perbuat dengan istriku?!! Aku merutuki diriku sendiri saat tubuh mungil didepanku ini lemas dan kepalanya menunduk didepan dadaku. Lantas aku menggendongnya dan membawa istriku ke tempat tidur. Aku tidak tahu mengapa aku bisa lepas kontrol begini? Ketahuilah Tika, kau lah wanita pertama yang membuatku gila seperti ini.

"Maafkan aku sayang.." ucapku lirih sambil mengelus pipinya yang terluka.
Aku pun beranjak masuk kedalam kamar mandi, mengambil sebuah baskom yang isinya air hangat dan beberapa handuk putih kecil. Mengusap pelan kakinya terlebih dahulu. Maafkan aku, maafkan aku.

Selama ini aku tidak percaya dengan Mate dan pasangan abadi seorang Werewolf atau vampire. Karena sudah lama aku mencari sosok mate-ku tapi tak kutemukan. Apa yang harus kuperbuat? Aku juga bukan full werewolf ataupun full vampire. Aku half dari keduanya. Itupun aku baru sadar saat Tika pertama kali datang kerumahku, aku merasakan seakan ada sebuah magnet besar yang menarik tubuhku untuk dekat dengannya. Aku acuhkan semua rasa itu karena aku yakin Pasangan abadi itu tidak ada. Tetapi saat pertama kali aku menggigit lengannya waktu itu, ada perasaan aneh. Rasa haus akan darah mendadak menjalar disekitar kerongkonganku. Sangat panas. Jantungku seakan teremuk dan aku jadi susah bernafas.

MINE [TAMAT]Where stories live. Discover now