4

2.2K 285 276
                                    

🌷 HAPPY READING 🌷

***

"Trus?"

"Mukanya sampai merah, loh." Noe geleng-geleng kepala.

Zizi, Remi dan Dea kembali tertawa terbahak-bahak.

"Njiirr ... ngakak," ucap Remi yang masih tertawa.

"Se-duniain." Zizi tertawa sambil memegang perutnya. Sedangkan Dea yang bersandar di kepala tempat tidur Noe, tertawa dengan air mata yang sudah menetes di pipinya.

Keempat sahabat itu sedang berada di kamar Noe. Setelah pulang sekolah, mereka tidak langsung pulang. Zizi dan Remi meminta bantuan Dea dan Noe untuk membantu mereka mengerjakan tugas makalah. Tentu saja, Dea dan Noe membantu mereka.

Walau berbeda kelas, jika ada tugas, mereka selalu mengerjakan bersama. Sekalian gosip.

Zizi mengambil sebungkus snack kentang goreng yang ada di depannya. Membukanya sambil berkata, "Harusnya waktu itu lo foto mukanya Noe."

Remi mengangguki ucapan Zizi. Gadis itu juga ikut mengambil salah satu snack yang berhamburan di depannya. Mereka berempat kini berada di atas tempat tidur Noe, dengan beraneka ragam snack dan minuman di tengah-tengah mereka.

"HP gue ketinggalan di kelas," jawab Noe. Noe sedikit menyesal, bisa-bisanya dia melupakan benda pipih yang hampir dimiliki oleh seluruh human di planet bumi ini.

Jika saja waktu itu dia membawa ponselnya, sudah di pastikan Noe akan memajang foto Samuel di album para mantannya. Noe memiliki sebuah buku album yang berisikan foto para mantannya. Bahkan lengkap dengan biodata diri mereka.

Entahlah, Noe suka mengoleksinya.

Walau belum mendapatkan Samuel, tapi rasanya Noe akan mendapatkannya dengan mudah. Tinggal menghitung hari saja.

"Pas dia masuk dalam kelas kita ya, dia itu nunduk mulu. Trus pas absen natap trus di buku absen. Pokoknya sepanjang dia di kelas nggak pernah lihat muridnya," ujar Zizi yang mulai bercerita.

"Ho'oh, benar tuh. Pas gue bertanya aja, dia nggak lihat muka gue. Lihat mulu tuh, di buku. Ngejelasin juga gitu." Remi meminum buavita, lalu mengambil buku referensi yang ada di sampingnya.

"Gue harus mikirin cara biar bisa dapatin hati Pak Samuel." Noe terdiam sambil memegang dagunya.

"Trus banyak siswi yang-"

"Udah-udah. Kalau cerita mulu, kapan selesainya nih, tugas makalah." Dea memotong ucapan Zizi. Gadis itu mengambil sebuah buku ensiklopedia yang tadi dipinjam Zizi. "Yuk, kerjain dulu tugasnya, baru lanjut."

Zizi menatap datar Dea. Gadis itu hanya bisa pasrah jika sudah Dea yang memotong ucapannya. Diantara mereka berempat, Zizi paling takut pada Dea. Bukan karena apa, mungkin karena Dea yang paling tua diantara mereka berempat, dan dia yang paling muda.

"Yaudah, gue ambil laptop dulu." Noe lompat dari kasurnya, berjalan menuju meja belajarnya.

"Kamar lo udah kayak surga buat anak rebahan kayak gue," ujar Remi sambil membuka snack.

"Surga?"

"Hm. Banyak cemilan sama minuman, ada AC, Wi-Fi, TV, bahkan kulkas." Remi menunjuk kulkas mini samping rak buku Noe.

Noe terkekeh mendengar penuturan Remi mengenai kamarnya.

"Udah kayak kosan," ucap Dea tersenyum.

"Apalagi kalau udah kita yang datang, pasti nih cemilan abis. Trus kamar lo berantakan," ujar Zizi.

Noe tertawa pelan. "Sans aja kali guys. Gue nggak masalah kok, kalian mau habisin stok cemilan gue selama sebulan. Atau kalian mau Jungkir balik di kasur gue. Asal, jangan acak-acakin baju-baju gue. Malas rapiinnya. Apalagi kalau Mama lihat, dia pasti bakal ngomel satu hari."

Just Kidding Sir (END)Where stories live. Discover now