12

1.3K 157 40
                                    

🌷 HAPPY READING 🌷

***

Jeva memandang keempat gadis yang kini berada di depannya. Dia sudah seperti diwawancara saja ketika diajukan beberapa pertanyaan oleh mereka.

Jeva berdehem, mundur selangkah karena keempat gadis itu terlalu dekat dengannya. "Pak Samuel itu sepupu gue. Nyokap dia saudaraan sama Mami gue," ucap Jeva.

Noe dan teman-temannya saling menatap. Lalu menganggukkan kepala pada Jeva.

"Ooh ... jadi, Pak Samuel sepupu lo," ucap Zizi.

"Kenapa lo kepo banget?" Ini Fredi yang bertanya. Sedari tadi, dia terus menatap Zizi dengan tajam.

"E-eh, gue nggak kepo-kepo amat kok." Zizi tersenyum canggung.

"Dia dulu tinggal di apartemen. Tapi karna terus didesak Mami buat tinggal di rumah, akhirnya Pak Samuel pindah deh, ke rumah gue," ucap Jeva, merasa jawabannya yang tadi masih kurang untuk keempat gadis itu.

"Jadi begitu." Noe mangut-mangut.

"Lo ketemu Pak Samuel ya, di rumah gue kemarin?" tanya Jeva.

Noe mengangguk.

"Di mana?"

"Di kama-"

Dea menyela ucapan Noe. "Di dapur!!" ucap Dea setengah teriak. "Kemarin Noe cerita ke gue, kalau dia ketemu Pak Samuel pas ke dapur buat minum." Dea terkekeh dengan wajah yang gugup.

Noe menahan sakit, saat Dea menginjak kakinya.

"Hmm ... kalau gitu, kita ke ruang OSIS dulu ya, mau bantuin Fredi," ucap Jeva. "Yuk." Jeva menoleh kepada kedua temannya.

Fredi yang sedari tadi terus menatap Zizi, mengangguk. Cowok jangkung itu berjalan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Jeva menyusul Fredi setelah tersenyum pada Noe.

"Dari kemarin lo teriak-teriak mulu. Hati-hati tenggorokannya sakit." Adri menepuk pundak Dea, lalu mengikutiku teman-temannya.

Dea melirik sinis Adri. Apa-apaan perlakuannya tadi. "Sok perhatian," gumam Dea.

"Mending dare-nya dihentiin aja," ucap Remi.

"Loh, kok gitu?" Noe terlihat tidak terima.

Zizi mengangguk. "Gimana mau dilanjutin, kalau misalnya lo dekat sama Pak Samuel, kasihan Jeva dong."

Noe menoleh pada Zizi dengan wajah bingung. "Loh, kenapa kasihan sama Jeva? Emang Jeva suka Pak Samuel?"

Noe jadi parno, ketika teman-temannya menatapnya dengan horor. Memangnya ada yang salah dengan pertanyaannya?

"Lo pikir Jeva sama Pak Samuel generasi pelangi?" Dea memijat pangkal hidungnya. "Kenapa gue punya teman kayak gini."

"Hehehe ... habisnya dia malu trus sih, gue lihat mukanya. Dia juga nggak pernah lihat muka murid ceweknya kalau lagi ngomong. Trus, kalau dia blushing, rasanya gue pengen pegang pipinya, trus gue ciu-" Noe terdiam melihat tatapan teman-temannya padanya. Kenapa? Ucapannya barusan salah lagi?

Plak!! Remi memukul kepala Noe dengan keras.

"Insaflah wahai manusia," ujar Remi.

"Padahal Jeva suka sama lo," ucap Zizi pelan. Gadis itu memegang tali tasnya, dan berjalan meninggalkan teman-temannya.

"Maksud lo apa?!" Noe mencekal lengan Zizi. Menatap gadis itu dengan mata melotot. "Je-Jeva suka gue?"

"Heh? Lo nggak tau?" tanya Zizi.

Just Kidding Sir (END)Where stories live. Discover now