10

1.6K 165 90
                                    

🌷 HAPPY READING 🌷

***

"Ma, Noe berangkat dulu ya, ke rumah teman. Mau kerja kelompok kok, mungkin pulangnya agak sore," ucap Noe berjalan ke pintu depan sambil membawa tas dan sepatunya.

Viana yang sedang melamun di sofa, langsung tersadar mendengar ucapan Noe. Wanita itu menghampiri Noe yang sedang duduk memakai sepatunya.

"Iya, hati-hati, ya," ucap Viana lemas. Seperti human yang tak memiliki gairah hidup.

Noe berdiri, mencium punggung tangan Mamanya. Dia memperhatikan wajah Mamanya yang terlihat tidak semangat. Seperti orang yang memiliki banyak beban hidup. Hmm ... memang semua orang memiliki banyak beban hidup, sih.

Noe juga memiliki banyak beban hidup. Salah satunya adalah, dia harus memikirkan baju apa yang akan dia kenakan untuk menemani Samuel makan, lusa nanti.

Anggap saja itu adalah kencan.

Apa Mamanya sedih karena Papanya belum pulang, dari luar negeri?

"Mama kangen sama Papa, ya?" tanya Noe.

Viana menggeleng. "Mama sama sekali nggak kangen Papa kamu."

"Ah, jangan bohong. Noe tau, Mama nggak mau jujur sama Noe. Pasti malu kalau jujur sama Noe." Noe terkekeh.

"Mama benaran nggak kangen sama Papa kamu, Noe," ucap Viana datar.

"Seciul debu pun, enggak?" tanya Noe.

"Nggak."

Noe merasa kasihan pada Papanya yang sedang berjuang untuk mendapatkan uang di sana. Jika pulang tanpa menghasilkan uang, maka Mamanya akan mengoceh sepanjang hari. Masa Mamanya tidak rindu? Padahal tiada hari tanpa Papanya terus menanyakan keadaan Mamanya pada Noe.

Kadang Noe kesal, Papanya tidak menanyakan keadaan Mamanya secara langsung. Noe tau, Papanya malu. Soalnya Papanya itu tipe suami yang tidak mau menunjukkan perhatian pada istrinya secara langsung. Meresahkan sekali.

"Terus Mama kenapa? Perasaan Papa nggak pernah absen ngirim uang bulanan, deh. Bahkan sebulan empat kali dia ngirimin Mama uang," ujar Noe.

Viana menarik napas panjang. "Kouta Mama habis."

"Tinggal beli dong."

"Kira-kira, kalau download-tan Mama dihapus, kouta Mama bakal kembali nggak?"

Noe menatap datar Mamanya, lalu memilik arlojinya. "Waduh, Dea udah lama nih, nungguin Noe. Kalau gitu, Noe pergi dulu Ma." Noe cepat-cepat berlari menuju bagasi tanpa menunggu jawaban dari Viana.

"Mama dapat teori dari mana? Bisa-bisanya dia mikir kalau download-tannya dihapus koutanya bakal balik. Nangis telkomsel dengarnya."



Samuel kebingungan melihat Jeva yang terus menyisir rambutnya. Sudah hampir satu jam cowok itu bercermin sambil bergumam yang tidak jelas.

Jeva mengambil parfum, lalu menyemprotkannya hampir ke seluruh tubuhnya.

"Nggak sekalian aja, parfumnya lo campur ke bak mandi tadi?" Samuel menatap Jeva dengan datar diatas tempat tidur.

"Like-like gue," jawab Jeva. Cowok itu menyenandungkan lagu first love by Nikka Costa. "My first love. Thinks that I'm too young. He doesn't even know. Wish that I could show him what I'm feeling. Cause I'm feeling my first love."

Just Kidding Sir (END)Where stories live. Discover now