21

1.1K 125 26
                                    

🌷 HAPPY READING 🌷

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT

Samuel : Bacanya yang serius ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Samuel : Bacanya yang serius ya. Trus jangan lupa vote sama komen. Gue bakal liatin kalian baca cerita.

***

Noe bersenandung sambil lompat-lompat, melewati koridor yang sepi. Tiba-tiba seseorang menarik rambutnya dengan kuat.

Noe memekik, dan langsung menatap si pelaku yang berani menarik mahkotanya. Dia pikir, merawat rambut sepanjang dan seindah ini tidak capek, apa?

"Bu Helena?"

Helena melepaskan rambut Noe. "Itu peringatan buat lo, karena berani dekat-dekat sama Samuel."

Noe merapikan rambutnya sambil menatap gadis di hadapannya dengan datar. Kepalanya sedikit sakit, akibat Helena menarik rambutnya tadi."Peringatan? Ini peringatan dari lo, buat gue jauhin Pak Samuel?" Noe melangkah dan menarik rambut Helena dengan sangat kuat. Membuat Helena memekik keras. "Gue juga bisa kali," ucap Noe sambil tersenyum.

"Lepasin!"

"Nggak, sebelum gue puas."

"Dasar cewek jalang! Samuel nggak cocok sama cewek kasar kayak lo!" ucap Helena menatap tajam Noe.

"Pak Samuel lebih nggak cocok sama lonte kayak lo, kali." Noe menatap prihatin wajah Helena.

"Berengsek!" Helena menginjak kaki Noe, lalu mendorong gadis itu hingga jatuh tersungkur di lantai koridor.

"Aduh ... bokong gue, ya ampun ... lagi-lagi nyium tanah air."

Tidak cukup puas dengan apa yang dia lakukan, Helena mengangkat tong sampah lalu melangkah untuk menjatuhkan semua sampah ke kepala Noe. Baru saja akan melakukan aksinya, tong sampah itu sudah ditendang oleh seseorang.

Helena menoleh, menatap si pelaku yang ternyata salah satu teman dekat Noe.

"Noe, lo nggak apa-apa?" Zizi dan Remi membantu Noe untuk berdiri.

"Nggak ada yang luka, 'kan?" tanya Remi khawatir.

Noe tersenyum. "Nggak ada kok. Gue juga nggak apa-apa."

"Heh, punya nyawa berapa lo, sampai berani nyakitin sahabat gue?" tanya Dea dengan dingin. Dia menatap Helena tanpa ekspresi, tangannya mengepal kuat. Kalau saja di depannya ini bukan gurunya, sudah sejak tadi Dea melayangkan tinjunya. Tapi ... apakah wanita di depannya ini masih layak di sebut guru?

"Anjir, Dea kayaknya marah banget," ucap Zizi sedikit berbisik.

Noe mengangguk. "Baru kali ini, gue lihat ekspresinya yang kayak gitu."

"Nyeramin." Remi takut melihat sorot mata Dea pada Helena. Sorot mata marah, kesal, dan benci. Dia yakin Dea benar-benar marah.

"Lebih baik kalian jangan ikut campur atau-"

Just Kidding Sir (END)Where stories live. Discover now