Prolog

10.5K 970 26
                                    

"Kebanyakan manusia hanya percaya apa yang mereka mau percaya. Nggak peduli apa faktanya. Buat apa gue capek-capek ngejelasin?" tanyaku malas.

"Seenggaknya kalo lo jelasin gue bis--" Alex menghela napas panjang. "Sorry, karena gue salah paham," lanjutnya penuh penyesalan.

"It's okay. Jadiin pelajaran aja kalo lo nggak bisa seenaknya nge-judge kalo nggak tau apa-apa."

"Siap, Bu Guru!" sahut pria itu.

Alex terdiam lumayan lama sebelum akhirnya bertanya, "Win, gimana kalo kita kerjasama?"

"Hah?" tanyaku seraya menelengkan kepala ke arah pria itu.

"Gue jadi temen kondangan lo. Lo jadi pacar pura-pura gue. Anggep aja kayak friend with benefits. Kita bisa saling memanfaatkan karena saling membutuhkan."

Sontak aku langsung melotot. "Friends with benefits gundulmu! Ogah gue!" seruku seraya menggeplak kepala Alex. Agar otak pria itu yang mungkin sedikit bergeser, bisa kembali ke tempatnya.

Alex mengaduh. "Sakit, Win! Ck, maksud gue bukan efwebe yang itu. Kita pure saling memanfaatkan aja kalo benar-benar kepepet dan butuh bantuan. No sex, no kiss, dan no feeling tentunya. How?"

Aku terdiam beberapa saat. Jujur saja penawaran Alex sangat menggiuarkan. Aku benar-benar butuh teman kondangan.

"Oke, deal," ujarku seraya mengulurkan tangan pada Alex yang langsung disambut oleh pria itu.

Hi, Mate! (Completed)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum