70. Bahagia Paling Sakral (End)

3.3K 283 10
                                    

Sebagai sentuhan terakhir aku menyalakan lima buah lilin yang sudah dipasang membulat di atas kue ulang tahun. Lalu dengan senyuman super lebar aku segera membuka pintu dan langsung menghambur ke dalam pelukan Alex dan menyandarkan daguku di atas bahu pria itu.

“Happy birthday, baby! I miss you!” ujarku seraya mengecup leher pacarku itu.

Alex tertawa kecil, membalas pelukanku erat, lalu mengecup rambutku lama. “I miss you too dan terima kasih udah mau ngerayain ulang tahunku lebih cepet tiga hari dari tahun lalu.”

Aku mengalungkan lenganku di leher Alex sambil manyun. “Aku terpaksa gini karena nggak sudi rebutan sama anak-anak Twogether di hari ulang tahun kamu. Aku yakin kalo aku bilang mau ngerayain berdua sama kamu dulu, pasti mereka bakal ngoceh-ngoceh nggak jelas. Bang Jo mungkin nggak bakal banyak protes, tapi ocehan Debby aja udah bikin pusing apalagi kalo ditambah Anna sama Dewi dijamin kena migrain aku,” sungutku.

Alex mengecup pipi kiriku. “Aku sama sekali nggak protes kok, baby. Jadi, kejutan apa yang kamu kasih buat aku?”

Aku mengedipkan satu mata. “Dijamin kamu pasti suka.”

Setelah mengatakan itu aku pun menuntun Alex untuk masuk ke dalam rumah. Hari ini aku memang tidak menyiapkan pesta ulang tahun yang istimewa. Semua serba biasa, tapi aku cukup puas saat aku melihat senyuman tidak berhenti terbit di bibir pria kesayanganku itu.

Setelah meniup lilin dan makan malam aku menuntun Alex untuk berjalan ke balkon. Lalu aku memutar lagu Can't Help Falling In Love dan mulai menari di tengah balkon.
Awalnya Alex hanya menatapku bingung dengan salah satu alis terangkat. Namun, akhirnya pria itu ikut berdansa bersamaku. Dengan jarak sedekat ini samar-samar aku dapat menghidu aroma wine yang tadi kami sesap.

Aku tersenyum lebar, lalu berjinjit untuk menyatukan keningku dengan kening Alex. Lagu yang berputar semakin intens, begitu juga tarian kami. Kami berdansa sambil tertawa, sesekali bercanda, dan kadang ikut bernyanyi, berciuman, saling goda, dan berciuman lagi. Sungguh, yang aku rasakan saat ini hanyalah perasaan bahagia.

Aku tidak pernah menyangka, kalau akan tiba hari seperti ini. Hari di mana semua lukaku tidak lagi terasa menyakitkan dan lubang mengaga di hatiku tak lagi ada. Beban di pundakku menghilang tanpa sisa, yang aku rasa hanya bahagia. Di pelukan pria ini aku memang selalu merasa bahagia.

Alexandre Rajendra adalah bahagiaku yang paling sakral.

Lagu yang dinyanyikan oleh Elvis Presley itu akhirnya selesai. Namun, aku belum mau mengakhiri acara dansa kami. Sehingga aku masih saja mengalungkan kedua lenganku di leher Alex dan pria itu juga masih melingkarkan kedua lengannya di pinggangku.

“Kamu nggak penasaran dengan hadiah kamu hari ini?”

“Aku lebih suka kita bahas soal hadiah nanti dan biarin aku peluk kamu kayak gini lebih lama.”

“Gimana kalo aku bilang ... Kalo hadiah kamu hari ini adalah aku? Jadi, Bapak Alexandre Rajendra yang tiga hari lagi ulang tahun, kamu boleh meluk aku selamanya kalo kamu mau.”

Untuk beberapa saat hanya keheningan yang mengurung kami. Alex menatapku serius, pria itu seolah ingin mengatakan banyak hal tapi bibirnya masih saja tertutup rapat.

“Kamu....”

Aku menunjukkan tangan kiriku yang jari manisnya sudah terpasang cincin pemberian Alex. Hari ini aku memutuskan untuk berhenti menjadikan cincin pemberian Alex sebagai bandul kalung dan memakainya di jari manis.
Alex tersenyum lebar dan matanya tampak berkaca-kaca. Lalu pria itu meraih tangan kiriku dan mencium jari manisku lama.

“Thank you, baby. Aku janji bakal selalu bikin kamu bahagia.”

“Thank you, Lexi, karena kamu sudah memilih aku.”

Dan aku tahu, Alexandre Rajendra adalah pria yang akan selalu memilih aku walau puluhan tahun sudah berlalu dan tubuhku tidak lagi bisa berdiri lurus karena bungkuk. Aku juga tahu kalau hanya Alexandre Rajendra yang akan selalu mencintai aku sebanyak aku mencintai pria itu. Kami akan bahagia, dan mencintai lebih lama dari selamanya.

Karena saat bersama Alex, aku tidak pernah butuh selamanya. Kami akan bahagia hingga lupa waktu, karena katanya yang fana adalah waktu, sedangkan kita abadi.*

Dan di waktu kami yang lebih dari selamanya ini, kami akan melakukan banyak hal. Mungkin di hari Selasa minggu ke dua bulan Februari kami akan menikah, dua tahun kemudian kami akan punya anak pertama. Perayaan anniversary kami akan selalu terasa luar biasa. Di tahun ke lima pernikahan, kami akan merayakan lima ulang tahun dalam setahun, kami akan punya dua kucing lucu dan ikan koi tanpa nama yang akan selalu dipanggil koi.

Balkon Twogether akan selalu jadi tempat favorit kami tak peduli rambut hitam kami sudah berubah jadi abu-abu. Sesekali kami juga bakal berdansa seperti ini di apartemenku yang takkan pernah boleh ditempati oleh siapa pun—tempat dengan pemandangan kota Jakarta yang bertolak belakang ini akan selalu menjadi tempat kaburku dan Alex.

Dan akan aku beri tahu satu rahasia, di tanggal yang sama tiga puluh tahun kemudian, kami juga akan berdiri di sini. Memakai baju yang sama dan merayakan ulang tahun Alex lebih cepat tiga hari seperti hari ini. Bedanya, rambutku dan Alex sudah tidak lagi hitam legam, tapi tatapan pria itu padaku tidak pernah berubah sama sekali.

Sudah aku bilang, Alexandre Rajendra adalah bahagiaku yang paling sakral.

TAMAT

Keterangan : *puisi Sapardi Djoko Damono

Hi, Mate! (Completed)Where stories live. Discover now