05. Lipstik

4.7K 699 34
                                    

"Lex, buruan apa! Kita udah telat, nih!" seruku seraya mengalihkan pandangan ke pintu kamar Alex yang sejak tadi masih tertutup.

Hari ini aku dan Alex akan pergi kondangan ke pernikahan Geri. Aku tidak boleh telat dan membiarkan cecunguk itu menang. 

Oleh karena itu hari ini aku akan datang ke pernikahan Geri dengan dagu terangkat dan penampilan super kece. Aku akan menunjukkan pada si kampret itu jika aku baik-baik saja walau diselingkuhi. 

Tentu saja aku tidak akan menangis atau membuat keributan seperti orang-orang yang viral di akun dagelan saat menghadiri pernikahan mantan. Aku akan datang ke pernikahan mantan dengan senyuman lebar, dagu terangkat tinggi-tinggi, langkah tegas dan percaya diri, serta membawa gandengan blasteran Jerman yang begitu seksi saat mengenakan baju batik berlengan panjang.

Asem! Berhenti gagal fokus Wina!

Di depan sana Alex terlihat keluar kamar seraya mengancingkan pergelangan baju batik yang seragam dengan baju batik yang aku pakai. Aku memang memutuskan pergi kondangan dengan batik couple-an, agar Geri tidak curiga. Tetapi sialan! Alex dan batik benar-benar perpaduan yang sangat memesona. 

Alex berkacak pinggang. "Nyuruh gue buru-buru tapi sendirinya belum siap. Lagian santai aja sih, Win, acaranya sampai jam satu siang ini," dengkus pria itu.

Aku berdeham kecil sebelum mengalihkan pandangan dari Alex. "Ish, ini gue bentar lagi siap, tinggal pake lipstik doang. Lagian kita harus dateng awal ke pernikahan Geri buat ngasih tau dia kalo gue baik-baik aja walau doi nikah duluan!"

"Ck, santai aja kali, Win. Emang kenapa lo harus nggak baik-baik aja gara-gara mantan lo nikah duluan? Inget, hidup bukan perlombaan."

Aku memoleskan lipstik berwarna red wine ke bibir. "Hidup emang bukan perlombaan, Lex. Tapi sori, gue bukan tipe yang suka dikalahkan. Gimana-gimana? Lipstik gue udah bener belum?" tanyaku serius, tapi Alex hanya melirikku sekilas sebelum melengos dan pergi menuju rak sepatu.

"Udah bener," jawab pria itu seperti tak acuh. 

Aku mengikuti langkah Alex karena hendak mengambil heels juga di rak. "Ish, liat yang bener dong! Dilirik sepintas mana tau kalo lipstik gue udah kece badai apa belum!" protesku kesal.

Alex memutar tubuhnya sehingga berhadapan denganku. Membuat langkahku sontak terhenti. Alex maju dua langkah, lalu meraih daguku dan mengamati bibirku dengan serius. "Nih, gue liatin bener-bener biar lo puas. Lipstik lo--"

Alex tiba-tiba menghentikan perkataannya saat matanya yang coklat jernih bertubrukan dengan netraku. Napas kami bersahutan, mencipta gelenyar panas hingga menembus kulit sampai tulang.

Aroma pria itu yang beraroma citrus menusuk hidungku. Membuat kepalaku pening beberapa saat. Kami masih saling berpandangan, entah mencari apa dibalik mata satu sama lain.

Hingga akhirnya Alex mengusapkan jempolnya dari bibirku hingga ke pipi. "Tadi lipstik lo udah bener, Win. Tapi sekarang cemong ke pipi kiri," tuturnya seraya terbahak.

Aku memukul bahu Alex keras dengan emosi yang naik ke ubun-ubun. "Alex sialan! Lo rusakin dandanan gue kampret!" sungutku kesal. 

Memesona bin seksi pas pakai batik my ass! Alex itu cuma balita menyebalkan yang nggak bisa bedain warna biru muda sama biru tua! 

Sekali lagi aku memukul bahu Alex, lalu kembali ke ruang tamu untuk membenarkan riasanku yang rusak. Sebelum membersihkan cemong di pipi kiri, aku menatap lama wajahku dulu di cermin.

Begitu cepat dan tanpa aba-aba. Secepat ini gue kalah?

Hi, Mate! (Completed)Место, где живут истории. Откройте их для себя