11. That's Why I Choose Him

4.1K 672 43
                                    

Aku bangun pukul setengah lima pagi bertepatan dengan alarm yang menyala. Lalu aku segera beranjak ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Setelah tubuhku lebih segar aku segera pergi ke dapur. Terlihat Alex yang tengah membuka kulkas dan meneguk minuman yang baru saja pria itu ambil dari lemari pendingin itu.

Keringat terlihat mengalir di dahi dan leher pria itu, menandakan jika Alex baru saja selesai membakar kalori.

"Abis jogging?" tanyaku seraya menakar beras ke dalam pan magic com.

Alex mengangguk seraya mengelap bibirnya dengan punggung tangan. "Ho-oh, gara-gara lo nyuruh tidur cepet, gue bangunnya jadi cepet juga."

Aku mencuci beras di westafel. "Bagusan gitu kan? Lo bangun pagi terus bisa langsung olahraga. Daripada begadang mulu nggak guna. Yeah, I mean—fuck you fucking inspiration, Lex,” sinisku yang sontak membuat Alex memutar bola mata malas.

“Eh, daripada pagi ini lo nggak ngapa-ngapain, mending temenin gue ke pasar yuk?”

Alex berdecak keras. "Heleh, sok-sokan nyuruh gue hidup sehat. Padahal lo sengaja bikin gue bangun pagi biar bisa dijadiin tukang ojek, kan?”

"Betul sekali. Tukang Ojek gratis,” sahutku tanpa bantahan.

“Sialan!” gerutu pria itu seraya menyentil keningku yang sontak membuatku manyun. Aku ingin membalas Alex, tapi pria itu sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkanku sendirian di dapur dengan bayangan-bayangan paling menyenangkan sekaligus paling mengerikan yang pernah ada.

Ah, masa depan yang begitu indah.

***

Aku dan Alex segera berangkat ke pasar setelah pria itu selesai mandi. Kami berangkat menggunakan motor Jonathan. Pagi ini jalanan Jakarta belum macet, sehingga Alex bisa mengendarai motor dengan luwes. Udara pagi yang menusuk tulang membuatku mengeratkan pelukan ke tubuh Alex. Hangatnya punggung Alex dan aroma sabun yang menguar dari tubuh pria itu benar-benar perpaduan yang membuat nyaman.

Lima belas menit kemudian akhirnya kami sampai di Pasar Kebayoran Lama. Sebenarnya sedikit menyebalkan saat kenyamanan ini direnggut paksa, tapi aku sadar diri kalau aku tidak punya hak untuk protes sama sekali. Ya, memangnya aku siapa? Cuma pacar pura-puranya saja.

Aku dan Alex pun segera memasuki pasar setelah Alex memarkirkan motor milik Jonathan di parkiran yang tersedia. Percayalah Pasar Kebayoran Lama justru begitu ramai saat subuh, sehingga kini aku harus berdesak-desakan saat ingin memilih sayuran.

Sebenarnya aku belum memikirkan harus memasak apa hari ini karena terlalu banyak rekomendasi masakan di channel youtube-nya Chef Ajisatya Banyusuta. Tetapi akhirnya aku memutuskan untuk membeli daun singkong, daun pepaya, dan ikan teri. Karena anggota Twogether adalah siluman kambing semua, aku pun membeli dedaunan ini lumayan banyak.

"Win, bikin perkedel juga, ya!” pinta Alex sebelum memasukkan gemblong ke mulut.

Aku menyatukan jari jempol dan telunjuk. "Oke, tapi lo yang kupas kentangnya."

"Idih apaan! Hari ini kan jatah lo masak. Ogah amat gue, udah jadi Kang Ojek, jadi kacung pula!" protesnya.

"Yaudah masak perkedelnya pas jatah lo masak aja," ujarku seraya tersenyum manis.

Kentara sekali jika Alex kesal padaku sehingga ia meninju udara, tapi itu tak berlangsung lama, karena kini Alex tengah memasukkan kentang yang sudah ditimbang oleh penjual sayur ke dalam tas belanja karung goni dengan stiker #SayNoToPlastic yang kami bawa dari rumah. 

Aku membuka ponsel untuk melihat list bumbu dapur yang ada di note. Tetapi sebuah pesan dari Ardhito membuatku memutar bola mata malas. Dasar artis sangklek! Hah, hari ini akan jadi hari yang panjang karena aku harus berurusan dengan cecunguk satu itu.

Setelah memastikan semua sayuran yang kami beli lengkap, kami pun segera berjalan ke parkiran. Tetapi tiba-tiba Alex berhenti di tukang gemblong dan menghampiri seorang anak remaja dan adiknya yang berjualan koran di samping tukang jajanan pasar tersebut.

"Tong, gue mau ngantri beli gemblong dulu. Lo tolong bawain belanjaan gue ke deket motor yang platnya B 1357, ye? Ini gue kasih ongkos jalan," ujar Alex seraya mengeluarkan uang yang banyaknya setara dua nasi uduk paket lengkap.

"Iye, siap, Bang bule!" seru remaja itu antusias. "Dek, lo jagain koran, ye?  Abang mau nganterin ini dulu," izin si remaja kepada adiknya.

Setelah adiknya mengangguk, si remaja pun segera membawa kantong belanjaan kami ke parkiran. Lalu Alex menuntunku untuk ngantre gemblong walau aku tahu pria itu sudah kenyang karena tadi sudah memakan dua makanan yang terbuat dari ketan itu.

Tanpa sadar senyuman mengembang di bibirku. That's why I choose him, Mbak. Walau akhirnya patah hati, seenggaknya aku memutuskan untuk mencintai orang yang tepat. Aku tidak akan menyesal, walau akhirnya nanti hatiku hancur berkeping-keping tanpa sisa.

Hi, Mate! (Completed)Where stories live. Discover now