Chapter 41: Shigaraki Yukina: Rising [2]

6K 807 463
                                    

Nungguin, ya? ( ͡° ͜ʖ ͡°)

Apakah chapter ini bisa dapet 500+ votes? Yok bisa yok! Dukung authornya agar semangat update + mumpung lagi liburan semester, yay! 🦖

Happy reading!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jika boleh jujur, sebenarnya Hawks sama sekali tidak tertarik dengan hero generasi selanjutnya, apalagi jika harus membimbing mereka. Dia bukan hero berakhlak mulia yang cocok menjadi mentor para penerus dunia kepahlawanan. Hawks lebih memilih bersantai seharian, ngemil ayam goreng sambil bermalas-malasan daripada repot-repot merekrut sidekick di agensinya.

Hawks sih inginnya begitu, tapi misi dari Komisi Kepahlawanan membuat ia harus melupakan hari santainya. Katakan selamat tinggal pada liburan musim panas yang telah diimpi-impikan. Libur hanya mitos. Buktinya sekarang Hawks berada di U.A., mendengarkan sang kepala sekolah akademi kepahlawaan itu bercerita tentang targetnya di sepanjang perjalanan mereka usai keluar ruang konferensi.

"Apakah kau pernah bertemu dengan Yukina sebelumnya?"

"Hai'," Hawks menjawab, "Ketika kami bertemu, hal pertama yang dia lakukan adalah memojokkanku ke lantai dan menantangku bertarung. Mengejutkan, bukan? Mana ada orang yang mengajak bertarung saat pertemuan pertama."

"Begitu, ya. Sebagai sensei, aku minta maaf atas perbuatan tidak menyenangkannya kepadamu," kata Nezu yang mewakili Yukina untuk minta maaf. "Yukina memang terobsesi dengan orang yang lebih kuat darinya. Ini hanya pendapatku pribadi, tapi sepertinya dia sedang mencari sosok hero bagi dirinya sendiri."

"Sosok hero?" Hawks mengangkat salah satu alis tanda tak mengerti.

"Sama seperti semua orang yang mengidolakan All Might, Yukina juga butuh figur seorang hero dalam hidupnya. Tidak peduli sekuat apa pun seseorang, pasti ada saat dimana dia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri," Nezu menunjuk Hawks, "Siapa tahu, kaulah hero yang tepat untuk Yukina."

"Bwahahaha!" Hawks kelepasan tertawa. Tangannya terkibas-kibas seakan menepis ucapan Nezu, "Muri desu yo, Kouchou-sensei. Aku tidak seheroik itu untuk orang seambisius dia."

Hawks tidak merendah, karena menurutnya Yukina tidak membutuhkan hero. Dialah hero bagi dirinya sendiri. Opini Hawks yang semula tak berdasar itu kini semakin menguat saat dia bertarung melawan Yukina secara langsung. Memang Hawks tidak sepenuhnya bertarung seperti melawan villain karena secara teknis dia hanya "menguji" Yukina dalam ujian praktik. Namun dalam prosesnya, Hawks merasa seperti nyawanya bisa melayang kapan saja.

P.Mic: "Pertarungan antara Night Nova versus Hawks masih berlanjut! Siapakah yang akan menang, Hero or Villain?!"

Persimpangan jalan tak jauh dari gerbang keluar menjadi gelanggang pertempuran antara Yukina dan Hawks. Puluhan pilar hitam yang membentuk sangkar mengangkasa itu mengurung dua orang di dalamnya. Mereka berdiri berseberangan. Hawks masih berdiri tegap sementara lawannya, Yukina jatuh terduduk dengan berpegangan pada pedang kegelapan yang tertancap di tanah.

"Kau bahkan sudah tidak sanggup berdiri, tapi kenapa masih bersikeras melanjutkan pertarungan?" Hawks bertanya heran. Entah karena penasaran semata atau merasa iba, tidak tega untuk menyerang gadis yang terluka parah sehingga menyuruhnya menyerah. Sifat keras kepala Yukina itu membuat Hawks semakin tidak nyaman tanpa alasan yang jelas.

"Pantang menyerah memang bagus, namun dalam situasi seperti ini seharusnya kau-"

"Diamlah."

Dᴀʀᴋ Lɪɢʜᴛ [ʙɴʜᴀ × ᴏᴄ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang