Chapter 38: Last Exam [2]

7.1K 913 801
                                    

Pukul dua malam di kediaman Aizawa Shota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul dua malam di kediaman Aizawa Shota. Wali kelas 1-A itu duduk bersila di depan laptop yang menampilkan dokumen para siswanya. Semuanya telah authorized, kecuali satu orang yang masih under investigation. Aizawa menggerakkan mouse-nya dan kursor itu mengeklik file bernama “Shigaraki Yukina”. Begitu terbuka, tampak berkas kesiswaan yang berisi informasi tentang putri AFO tersebut.

Aizawa melirik foto Yukina di sisi kiri atas. Dia tidak pernah lupa sesi pemotretan dulu yang memaksa Yukina harus mengenakan seragam sekolah untuk pertama kalinya. Tak terhitung berapa kali Midnight harus membenarkan dasi yang terus dilonggarkan Yukina karena dia merasa seperti tercekik, atau mengancingkan kembali jas almameter yang dilepas karena Yukina alergi berpenampilan formal.

Belum lagi masalah muka Yukina yang tidak aesthetic di kamera. Masalah muka di sini bukan soal cantik atau tidaknya. Percayalah, Yukina itu sebenarnya cantik. Hanya saja, ekspresi pembunuh dinginnya itu yang membuat dia menjadi tidak fotogenik. Yukina sempat disuruh senyum oleh Midnight, eh malah terlihat seperti psikopat kegirangan. Ya kali foto ijazah dengan ekspresi titan pembunuh ibu Eren? Pada akhirnya, Aizawa menyuruh Yukina berekspresi datar bak tripleks seperti akang Shoto agar terlihat normal.

Memang komuk Yukina tidak bisa dikondisikan dan terkadang menimbulkan masalah, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

[Kelemahan Yukina No. 21: Komuknya tidak aesthetic.]

Terlepas dari foto Yukina yang bervibes villain, statistik kemampuannya melampaui ekspetasi Aizawa dan para sensei. Aizawa telah mengamati –dan mengawasi- Yukina sejak awal masuk U.A.. Dialah orang terdekat yang paling tahu perkembangannya sampai sekarang. Secara menakjubkan, grafik kemampuan bertarung serta akademik Yukina selalu naik, sementara grafik akhlaknya semakin menurun hingga nyaris mendekati sumbu x. Luar biasa memang.

[Kelemahan Yukina No. 22: Krisis akhlak.]

Papi AFO pasti bangga melihatnya. Namun, papa Shota tidak. Sebagai a̶y̶a̶h̶  wali yang baik hati, pengertian, dan penyayang, Aizawa sudah membulatkan tekadnya untuk mengubah akhlak mazmumah Yukina menjadi akhlakul karimah. Terdengar mustahil, sih, tetapi setidaknya Aizawa ingin Yukina berubah ke arah yang lebih baik sedikit demi sedikit.

Aizawa sadar, Yukina tidak bisa selamanya bersikap anti-hero seperti itu, terlebih jika ingin menjadi pahlawan. Dan juga, Aizawa tahu bahwa kata-kata saja tidak cukup untuk mengubah kepribadian Yukina yang sudah mendarah daging, mengingat gadis itu dibesarkan di lingkungan keluarga radikal.

Aizawa menyeruput kopi hitamnya yang mengepul tipis seraya menggulir roda mousenya. “Jika berhasil melewatinya, pasti dia bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi, jika tidak, dia hanya akan semakin memburuk.”

Layar menurun, berganti menayangkan agenda kelas 1-A hari ini. Ujian praktik. Aizawa mengeklik sebuah foto bernomor 21 yang terbuka, berputar menampilkan figur Yukina. Kursor bergerak ke foto sebelah kanan kata “VS”. Ketika Aizawa hendak membalik foto tersebut, suara gebrakan dari kamar sebelah menghentikannya. Kegaduhan itu terdengar sangat keras di kesunyian malam, bahkan kopi dalam cangkir Aizawa nyaris tumpah.

Dᴀʀᴋ Lɪɢʜᴛ [ʙɴʜᴀ × ᴏᴄ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang