Chapter 29: Internship

10K 1K 497
                                    

Dua hari kemudian, tibalah saatnya untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari kemudian, tibalah saatnya untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan. Para siswa berkumpul di stasiun dengan membawa koper kostum hero masing-masing. Aizawa berdiri di hadapan mereka, memberikan arahan sebelum muridnya naik kereta.

"Semuanya sudah dapat kostum, 'kan? Normalnya tidak boleh dipakai di tempat umum. Jangan sampai hilang, mengerti?"

"BAIK~!" Ashido yang mengangkat kopernya ke udara menjawab penuh semangat.

"Urusai. Diamlah, Mina," suruh Yukina dingin. Dibandingkan perintah, ucapannya lebih terdengar seperti mengintimidasi agar diam. Karena berisik adalah salah satu dari tiga hal yang Yukina benci. Dua lainnya? Sesuatu yang merepotkan dan tidak imut.

"Jangan kegirangan! Biasa saja, Ashido!" perintah Aizawa yang juga terganggu oleh jawaban Ashido. Ashido pun mengulang 'Baik'-nya dengan nada lemas sembari cemberut.

'Like father like daughter...' batin murid 1-A sweatdropped. Sepertinya tidak perlu tes DNA lagi untuk membuktikan kalau mereka adalah anak dan ayah.

"Pastikan kalian bersikap sopan di tempat magang," pesan Aizawa, terutama pada Yukina yang hidup seperti Larry dan ucapannya nyelekit. "Sekarang berangkatlah."

Usai menjawab "Baik", para siswa masuk kereta tujuan masing-masing untuk pergi ke tempat magang. Yukina melirik Midoriya dan Uraraka yang menghampiri Iida. Mereka tampak membicarakan sesuatu, mungkin masih soal kakaknya Iida.

'Auranya Iida... semakin tidak mengenakkan saja.'

Yukina yang payah kalau disuruh menghibur orang hanya diam memperhatikan dari kejauhan. Prinsipnya adalah, 'Jika tidak ada kata-kata bagus untuk diucapkan, maka lebih baik diam', berkebalikan dengan Bakugo. Lagipula, Yukina sadar bahwa dalam kamus hidupnya tidak ada perkataan yang menunjukkan rasa empati pada orang lain.

"Kau bisa terlambat jika tidak segera naik kereta, Yukina."

"Shota-san?" Yukina menoleh ketika mendengar suara Aizawa bersamaan dengan tepukan pelan di bahunya.

"Aku lupa memberitahumu sesuatu. Ini mungkin mendadak, tapi perusahaan pendukung U.A melakukan sedikit perubahan pada kostummu," jelas Aizawa. "Jadi, pastikan kau membaca paduannya dulu sebelum memakainya."

"Perubahan?" tanya Yukina bingung. Perasaan cemas mulai membayangi, datanglah prasangka kostum heronya jadi sangat terbuka seperti Yaoyorozu.

"Apa yang mereka lakukan pada kostumku?"

"Kau lihat saja sendiri nanti," jawab Aizawa santai. Tangannya menepuk-nepuk kepala Yukina lembut, "Sekarang berangkatlah. Jangan buat masalah selama magang, mengerti?"

Yukina mengangguk pelan lalu berpamitan kepada Aizawa selaku wali juga orang yang dia anggap ayah. Setelah itu, Yukina bergegas naik shinkansen -kereta peluru yang mengantarnya menuju tempat magang.

Dᴀʀᴋ Lɪɢʜᴛ [ʙɴʜᴀ × ᴏᴄ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang