Chapter 33: Twisted Fate

8.9K 968 304
                                    

Insiden Hosu telah berakhir bersamaan dengan magang U

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Insiden Hosu telah berakhir bersamaan dengan magang U.A, tetapi berita mengenai Pembunuh Pahlawan masih hangat dibicarakan seluruh penjuru negeri. Kepolisian mempublikasikan tujuh pahlawan pro dan empat siswa SMA berhadapan dengan Stain, lalu Endeavor datang dan mengendalikan situasi.

Tentu saja nama Midoriya, Todoroki, Iida, dan Yukina tidak disebutkan di sana, sesuai ucapan Tsuragamae kemarin. Luka mereka pun disebut sebagai luka saat melakukan magang.

Yukina sampai di rumah dalam keadaan mengenaskan. Kantong matanya menghitam akibat tidak tidur tiga hari pascainsiden, kulitnya makin pucat, wajahnya tak kalah kusut dengan rambutnya.

Aizawa yang semula ingin berceramah panjang lebar mendadak diam. Niat marahnya tergantikan oleh perasaan cemas mengetahui Yukina seperti tentara pulang dari medan perang. Kehilangan cahaya hidup.

"Kau baik-baik saja?" tanya Aizawa pada akhirnya. Dia sedikit menurunkan cangkir kopinya agar dapat melirik Yukina. Gadis itu makannya sangat lambat dan hanya beberapa sendok yang tersuap ke mulut. Padahal normalnya, lima piring habis dilahap dalam sekali makan.

Anggukan singkat diberikan Yukina sebagai jawaban. Setelah berucap "Gochisousama" lirih, dia bangkit dan membereskan meja makan. Piring serta gelas kotor dibawanya menuju dapur untuk dicuci.

Aizawa memandangi Yukina dalam diam. Dia baru sadar kehadiran Yukina sangat membantunya. Bukan sekadar pekerjaan rumah saja, bahkan saat Aizawa sakit pascaUSJ, Yukina juga merawat seluruh lukanya. Berkat Yukina, Aizawa tidak perlu repot-repot mengurus rumah tangga. Dia dapat fokus pada pekerjaan sekarang.

Karena itulah, timbul perasaan bersalah dalam hati Aizawa. Yukina telah melakukan banyak hal berguna untuknya, tetapi kenapa dia tidak bisa melakukan sesuatu untuk membalasnya? Terutama di saat-saat seperti ini, di saat gadis itu dalam keadaan terpuruk.

Suara kaca pecah memukul indra pendengar Aizawa. Dia segera berjalan ke sumber kenyaringan, dapur. Mengabaikan gelas bening yang hancur berkeping-keping di lantai, perhatian Aizawa tertuju pada Yukina yang memegangi kepalanya. Rautnya lebih pucat, napasnya terengah-engah dengan keringat mengucur seperti habis lari berkilo-kilometer jauhnya.

"Yukina?"

Panggilan Aizawa membuat Yukina tersentak kaget. Dia memunguti pecahan gelas dengan panik. "M-Maaf, Shota-san... Tanganku licin. Aku akan mengganti—"

"Tak apa. Beristirahatlah malam ini."

Yukina tertegun. Bukan karena mendengar perkataannya saja, namun pria tiga puluh tahun itu juga membantunya memunguti pecahan gelas di lantai. Aizawa mengumpulkan beling tersebut kemudian membuangnya ke tempat sampah.

"Sesekali kau harus bersantai, Yukina. Jangan membiarkan masalah mengendalikanmu."

"Aku tidak punya waktu untuk bersantai," Yukina bangkit dengan gusar. "Black Death palsu itu membuat keonaran di luar sana. Aku harus mencari siapa dia dan—"

Dᴀʀᴋ Lɪɢʜᴛ [ʙɴʜᴀ × ᴏᴄ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang