Chapter 15: Declaration of War

10.2K 1.2K 329
                                    

Jam menunjukkan pukul setengah empat sore, saatnya untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam menunjukkan pukul setengah empat sore, saatnya untuk pulang. Semua orang di kelas sudah menggendong tas masing-masing, termasuk Yukina. Namun tiba-tiba, ada pesan masuk di ponselnya.

[Hentai-sensei]:
Datanglah ke kantor guru sekarang.
Ada hal penting yang harus kusampaikan padamu.

"Mendokusai.. Tanpa disuruh pun, aku pasti ke kantor guru juga. 'Kan aku pulang bersama Shota-san," ujar Yukina malas. Dia mengambil PSP-nya lalu bergegas keluar. Akan tetapi, di luar kelas 1-A sudah dipenuhi siswa dari kelas lain hingga menutup jalan.

"A-A-Ada apa ini?!" seru Uraraka terkejut melihat kerumunan siswa di depannya.

"Kalian ada perlu apa dengan kelas A?" tanya Iida.

Mineta nyolot, "Apaan sih, kami jadi tidak bisa lewat! Kenapa kalian ke sini?!"

"Mengamati lawanlah, Cebong," sahut Bakugo datar. "Karena kita pernah berhadapan langsung dengan penjahat, mereka pasti ingin melihat kita sebelum festival olahraga."

Mineta melihat Midoriya dengan tatapan apa-apaan-sikapnya-itu sambil menunjuk Bakugo yang terus berjalan santai. Midoriya menenangkannya, "Itu sikap Kacchan saat netral."

Bakugo berdiri di depan gerombolan siswa. "Mengamati kami pun tidak ada gunanya. Minggirlah, para kroco!" usirnya sambil menatap tajam.

"Jangan memanggil 'kroco' pada orang yang belum kaukenal!" seru Iida menasihati Bakugo sambil mengayun-ayunkan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan memanggil 'kroco' pada orang yang belum kaukenal!" seru Iida menasihati Bakugo sambil mengayun-ayunkan tangannya. Sementara Uraraka dan Midoriya gemetar ketakutan.

"Seharusnya dia bilang: 'Minggirlah, para noob!', pasti mereka langsung menyingkir," kata Yukina datar tanpa mengalihkan fokus dari PSP.

Iida, Midoriya, dan Uraraka terkejut sekaligus syok mendengar ucapan tersebut. Dan juga, sejak kapan Yukina berdiri di dekat mereka?

"Bukan begitu juga, Yukina-kun!" sahut Iida tegas. Dia langsung menasihati Yukina panjang lebar. Namun, telinga Yukina sudah kebal mendengar segala ocehan. Ucapan penjahat terkuat —All For One saja tidak ia gubris, apalagi Iida? Sudah seperti angin lalu saja baginya.

Dᴀʀᴋ Lɪɢʜᴛ [ʙɴʜᴀ × ᴏᴄ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang