SAD PART "WIRA & RETHA" - BONUS DADAKAN 3

71 13 3
                                    

Part yang dalem banget ini biar jadi klu terakhir promosi cerita Wira "From 30 Second". Kepo berlebih? Tanggung sendiri, hehehe. Ada kok di Innovel :)

.
.
.
.
.

Nilam menyambut Salfa yang baru pulang dari Car Free Day dengan raut gelisah. Anak gadisnya pun menatap bingung melihat ibunya seperti itu. Sambil melahap telur gulung, gadis berambut keriting itu bersandar di batas antara ruang tengah dengan dapur yang berbentuk pintu namun tak memiliki kusen dan daun pintu. Sepertinya sejak ia ada di situ, ibunya tak menyadari karena tengah sibuk melamun sambil mengaduk cangkir teh tanpa henti.

“Buk?” panggil Salfa sengaja langsung dengan volume keras. Nilam pun langsung terhenyak menyadari putrinya sudah pulang.

“Salfa? Udah pulang?” balasnya sekenanya, lalu berpura-pura sedang bertindak seperti biasa. Matanya menangkap apa yang dibawa Salfa lantas merasa punya topik pembicaraan. “Percuma dong kamu kalau habis olahraga makan yang berminyak gitu?”

Salfa melirik ke tusuk kayu yang baru saja kosong sebab ia memakan telur gulungnya. “Siapa bilang Salfa olahraga?”

“Kamu habis CFD, kan? Car Free Day?”

CFD versi Salfa itu beda, Buk. Yang versinya Salfa mah bukan Car Free Day, tapi Cari Food Doang.”

Nilam hanya geleng-geleng. Ia bersyukur karena sekarang putrinya sudah terbiasa dengan kemampuan barunya. Tidak seperti pada awal-awal mata batin gadis itu terbuka, yang Salfa sama sekali tampak tak bisa gembira lagi. Ya, bagaimana pun juga, semua perlu waktu. Nilam membiarkan Salfa duduk di sebelahnya. Ibu dua anak tersebut rupanya sadar bahwa ia akan dilempari pertanyaan.

“Wira belum keluar kamar sama sekali, Kak,” ujar Nilam sebelum Salfa menanyai. “Ibuk udah coba panggil, tapi nggak ada jawaban. Dia kan nggak biasanya bangun siang-an?”

“Oh, jadi itu sebabnya Ibuk sampai gelisah gini?” balas Salfa dan ibunya mengangguk. “Tuh anak kenapa sih sebenarnya? Ya udah Salfa cek dulu, Buk.”

Setelah menyempatkan meneguk segelas air, Salfa beranjak menuju pintu kamar adiknya. “Wir?”

“Wir?” panggil Salfa kedua kali. Dok dok dok dok dok!! Salfa menggedor pintu kamar Wira namun tetap tak ada jawaban. “Lo sejak datang tadi malam nggak keluar sama sekali, sadar nggak lo? Lo bukan anak kecil lagi ya, yang harus diingetin kapan waktunya sarapan. Ini udah hampir siang, keluar nggak lo?”

Sengaja memang Salfa melebih-lebihkan. Padahal masih pukul setengah sembilan pagi, dan siang masih cukup lumayan. Tak ada sahutan dari dalam membuatnya kembali menggedor pintu. “Lo nggak keluar gue dobrak beneran nih pintu, ya? Kuat lho gue, jangan lo sepelein!” ancamnya.

Willy yang tiba-tiba berada di samping Salfa cukup membuat gadis itu tersentak. Dengan memegangi dadanya karena kaget, Salfa menghunuskan tatapan tajam ke hantu yang merupakan sahabat sang adik tersebut. Baru saja hendak menanyai Willy, Salfa menyadari ada yang berubah. Angin, yang sangat tidak enak ia rasakan dari arah depan. Gadis itu sampai menyipitkan mata karena angin yang semakin lama semakin kencang. Pandangan mata yang kabur membuat Salfa harus bersusah payah mempertahankan penglihatannya.

Sampai, ia lihat Willy menyorotnya tajam lalu terhempas dan mencekik lehernya. Brukkk!! Suara Salfa tersungkur di lantai dalam posisi telentang. Tangannya dengan kuat menahan Willy yang makin lama makin menjadi.

AWAKENED [Sudah Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora