Lima : Sosok Dibalik Punggung

974 210 204
                                    

[Kalau berkenan, jangan lupa follow author agar dapat notifikasi dan info seputar update-an, terima kasih]

Cerita ini hanya fiktif belaka. Semua kejadian yang terjadi hanya karangan bebas penulis, tidak benar-benar terjadi di tempat dan lokasi yang disebutkan.
.
.
.
.
.

Disinilah keenam mahasiswa semester lima itu sekarang. Dalam mobil, melakukan perjalanan ke tempat wisata tujuan mereka. Gopal menyetir dengan Salfa disampingnya. Gadis itu memilih di depan saja, mencari tempat dimana dia tidak harus dekat dengan siapa-siapa terutama Vin. Tanpa Kinara katakan pun, ia sudah yakin betul, pemuda itu pastilah dalang semua keterkejutan ini. Setidaknya jika di depan, dia tidak perlu melihat wajah Vin sementara waktu sampai emosinya benar-benar mereda.

Semua bercengkrama dalam mobil. Bercakap-cakap santai seraya bersenda gurau. Dari semua manusia yang ada dalam mobil itu, suara Kinara dan Vin tentulah yang paling mendominasi. Mereka memang selalu begitu, meributkan hal-hal yang sebenarnya bisa dibilang tidak penting. Terlebih, Kinara juga tidak bisa menahan kekesalannya soal ulah Vin yang menyebabkan ketegangan antara semua orang.

Gopal melirik ke arah kiri, tempat dimana Salfa duduk manis berdiam diri. Ia dapat menangkap raut muka Salfa yang tak bersemangat sama sekali, menyadari bahwa teman perempuannya itu sedang butuh ketenangan sejenak. "Sssstt…. Kalian berdua berisik banget, deh," ujar Gopal.

"Suruh nih orang pindah aja, Pal. Gue males tau nggak deket-deket dia!"

"Ya udah oke, biar Genta yang disini kalau gitu?" balas Vin sengaja.

Kinara menoleh ke belakang, ke tempat dimana orang yang disebutkan Vin barusan duduk tenang. "Apalagi dia, makin males!" tukas Kinara tak bersahabat sama sekali.

Genta hanya diam dengan perasaan yang berkecambuk. Sejak tadi, matanya hanya lurus ke arah bangku paling depan. Memandangi Salfa meski gadis itu tak pernah sekalipun menoleh ke belakang. Andai gadis itu tahu, bahwa alasannya ikut bukan hanya karena memang menyukai liburan, tapi juga karena adanya Salfa. Ketika itu, senggolan pelan didapat oleh Genta. Ia menoleh mendapati Novan yang menatapnya seolah mengerti apa yang ia rasakan.

Bagi Salfa, perjalanan ini terasa anomali. Setelah dua tahun lamanya ia tak bertemu dengan Genta—yang sampai saat ini pun tak bisa ia usir dari dalam hatinya, tetap ada rasa senang. Namun, di sisi lainnya, ketika mengingat semua lukanya, gadis itu kembali larut dalam kekecewaan.

Dalam lamunannya, Salfa langsung tersentak dari posisinya yang menopang dagu dengan satu tangan. Sontak mengagetkan bukan hanya Gopal yang tengah menyetir, tapi semua orang. "PAL AWAS!!" serunya.

Tentu saja Gopal langsung menghentikan mobil. Langsung ia melirik spion, untung saja tidak ada kendaraan yang tepat di belakangnya, semuanya masih dalam jarak aman. Seketika itu, Salfa langsung melepas sabuk pengaman dan melesat turun dari mobil. Buru-buru ia berlari kecil, berjongkok, dan mengintip ke bawah.

Kinara, Vin, Gopal, ikut turun disusul Genta dan Novan. Mereka sama-sama penasaran dengan apa yang terjadi.

"Kenapa, Sal?" tanya Kinara dengan menunduk karena Salfa masih dalam posisi berjongkok. Gadis itu menyampirkan rambut lurusnya ke belakang telinga sambil kembali bertanya, "Ada apa, Sal?"

Entahlah, wajah Salfa terlihat gelisah. Pikirannya makin tak karuan. Apa lagi ini? Apa lagi yang terjadi? Tetap dalam posisi berjongkoknya, ia menatap aneh ke semua orang. Genta kemudian mengambil inisiatif untuk ikut berjongkok dan mengintip.

"Pal?" kagetnya, sama seperti Salfa. "Lo nabrak kucing, Pal."

Kaget bukan main, Gopal membulatkan mata. Padahal ia sejak tadi tidak melihat ada kucing yang menyeberang jalan. Sedari tadi ia juga tidak bicara sehingga fokusnya tak terbagi pada apapun selain menyetir.

AWAKENED [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now