Lima Belas : Menaruh Curiga

722 141 117
                                    

[Kalau berkenan, jangan lupa follow author agar dapat notifikasi dan info seputar update-an, terima kasih]

Cerita ini hanya fiktif belaka. Semua kejadian yang terjadi hanya karangan bebas penulis, tidak benar-benar terjadi di tempat dan lokasi yang disebutkan.
.
.
.
.
.

Salfa baru saja duduk setelah merasakan tubuhnya melemah. Kepalanya sangat pening. Genta baru saja mengambilkan air minum untuknya, tapi bahkan, untuk sekadar meneguk pun rasanya tidak berminat. Gadis itu masih setia dengan pikirannya yang kacau setelah yang barusan terjadi. Berkali-kali, ia memilih membersihkan tenggorokannya dengan berdehem.

Saat itu lah, Kinara yang berdiri bersebelahan dengan Novan menyadari ada bayangan dari luar rumah, tepatnya di dekat jendela. Matanya terbelalak ketika kebetulan Novan sedang mengajaknya bicara basa-basi. Menyadari bahwa tak ada respon, pemuda itu menoleh. Dilihatnya Kinara sedang intens menatap ke satu arah dengan kening mengernyit.

"WOII!!" seru Novan lantang setelah mengikuti arah pandang Kinara. Ia melihat hal yang sama. Segera ia berlari meninggalkan teman-temannya yang masih belum tahu-menahu perihal dirinya yang berteriak memanggil seseorang.

Kinara, segera ikut keluar. Sebenarnya sesaat tadi ia ragu hendak mengatakan karena takut yang dilhatnya bukan manusia. Namun rupanya, Novan yang lebih berani pun memilih langsung bertindak. Kinara melihat seseorang dengan pakaian serba hitam berlari kencang menjauhi rumah sesampainya ia di teras. Buru-buru ia menyusul pemuda yang dilihatnya masih berlari itu.

"TUNGGUUUU!!! WOI, ANJING!!" teriak Novan dengan sekuat tenaga berlari. Sayangnya, pada akhirnya ia menyerah. Orang itu tenaganya kuat juga hingga dapat berlari sekencang itu. "ANJIR LAH!!"

"Van?" panggil Kinara yang berusaha mengatur napasnya usai berlari. "Cepet banget larinya! Dia siapa sih?!"

Novan menggeleng. "Nggak tau, Ra. Tapi dari tampilannya jelas banget nggak mungkin orang baik-baik."

"I think so!"

"VANNN?? RAAAA…!!" teriak Genta dan Vin bersahut-sahutan. Sesaat kemudian mereka telah sampai di titik Novan dan Kinara berdiri dengan napas masih terengah-engah. "Siapa yang kalian kejar??"

Kinara melirik Novan, begitupun sebaliknya. "Tadi gue lihat ada orang, bajunya serba hitam, di dekat jendela. Gue langsung panggil dan dia lari!"

"Nggak ketangkep?" tanya Vin bodoh, tanpa berpikir.

Terdengar Novan berdecak. "Mata lo melek nggak sih? Apa dia disini sama gue sekarang?" ketus Novan karena merasa kesal.

Vin lantas menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, meringis sungkan pada Novan. Sementara Kinara hanya geleng-geleng melihatnya. Disitu, Genta lah yang tampak paling senyap. Rasanya, apa yang Novan bilang seperti dejavu. Orang dengan baju serba hitam. Seperti tak asing untuknya, tapi kapan dan dimana ia pernah melihat orang yang seperti itu?

"Woii, malah ngelamun lagi!" tukas Novan dengan memainkan jarinya sampai terdengar suara klik di depan muka Genta. "Udah ah, balik."

Ketika melihat Novan berjalan, Genta langsung menyadari cara jalan temannya itu agak pincang. Barangkali itu sebab mengapa Novan gagal mengejar orang misterius tadi. "Keseleo lo?"

Novan menoleh sekilas kemudian mengangguk. Rasanya memang tak sebegitu nyeri, ia masih bisa mengatasi sakitnya. Hanya saja ketika digunakan berjalan, tak begitu nyaman sehingga itu membuatnya sedikit terpincang. Vin pun langsung menengok ke kaki Novan setelah mendengar itu.

Sementara tiga pemuda tersebut bercakap, mata Kinara terfokus pada sesuatu dibalik pasir yang menyala. Ah tidak, bukan menyala. Namun seperti mengkilat. Butuh beberapa langkah untuk sampai dan memastikan apa yang ia lihat. Gadis itu membungkuk, menyapu pasir yang nyaris membenamkan benda itu.

AWAKENED [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now