Dua Puluh Dua : Pencar

593 110 157
                                    

[[Kalau berkenan, jangan lupa follow author agar dapat notifikasi dan info seputar update-an, terima kasih]

Cerita ini hanya fiktif belaka. Semua kejadian yang terjadi hanya karangan bebas penulis, tidak benar-benar terjadi di tempat dan lokasi yang disebutkan.
.
.
.
.
.

Vin masih setia memegangi Kinara yang jalannya sempoyongan karena tak ada tenaga. Tangannya terus menggenggam, tak pernah ia lepas. Taksi yang mengantarkan mereka telah melengang jauh. Dengan langkah pelan-pelan karena menyeimbangi kecepatan Kinara berjalan, Vin dengan sabar menuntun gadis itu menuju rumah.

Sama-sama bertukar pandang sebelum mencapai teras, keduanya membulatkan mata dengan mulut yang terbuka saking tak percayanya. Betulkah ini rumah yang sama? Mengapa kotor dan kumuh sekali? Persis seperti rumah yang tak dihuni puluhan tahun. Yang benar saja, tadi ketika pergi meninggalkan rumah ini, Vin masih megingat jelas kondisinya. Tapi kenapa malah berubah drastis seperti ini?

"Ini bener rumahnya kan, Vin?" tanya Kinara yang masih berada dalam rangkulan pemuda di sebelahnya. Matanya memindai sekitar. Suasananya masih sama. Hanya yang membedakan adalah rumah ini. "Kok rumahnya jadi gini?"

Vin yang masih mencoba mencermati apa yang ia lihat pun tetap diam, tak menjawab Kinara sama sekali. Ia hanya berinisiatif untuk masuk, memastikan semuanya. Mobil sewaan ada di depan rumah, maka jelas teman-temannya ada di dalam, kan?

"Kita coba periksa ke dalam ya, Ra," ajaknya kemudian.

Kinara hanya pasrah mengikuti Vin yang menggandengnya. Ia seringkali melihat tangan yang tertaut itu di sepanjang perjalanan pulang tadi. Bahkan ketika di taksi, Vin terus merangkulnya. Kinara diminta menenangkann diri di tempat ternyaman yang ia tahu. Meskipun ya, ia mulai terbawa perasaan oleh perhatian-perhatian dari Novan selama disini, namun tetap saja, rasanya tak senyaman saat bersama Vin.

Pintu rupanya tak terkunci, makin membuat orang yang membukanya was-was. Vin pelan-pelan mengintip. Kepalanya masuk sedikit mencoba melihat ke balik pintu. Seketika, lututnya terasa lemas namun ia sebisa mungkin menahan, mengingat ada Kinara yang bagaimanapun perlu ia lindungi seperti janjinya pada diri sendiri.

"GUYS?!!" serunya ketika melihat tiga pemuda yang ia sangat kenal tengah tergeletak di lantai. Vin mengajak Kinara yang belum mengerti apa-apa untuk masuk.

Kinara langsung menutup mulutnya dengan tangan karena apa yang ia saksikan. Genta, Novan, dan Gopal tak sadarkan diri. Namun yang paling menyita perhatiannya, adalah darah yang mengalir di bawah Gopal. Lengkap dengan pisau yang masih tertancap di perutnya.

"PAALL?!!" Kinara histeris dengan suara bergetar. "Pal, bangun, Pal! PAL?!!"

Vin yang semula mencoba membangunkan Novan yang posisinya paling dekat, langsung menoleh ketika Kinara berteriak. Matanya mengerjap tak percaya melihat Gopal yang terluka parah. "PAL?!!"

Setelah sempat memperhatikan sekeliling yang tampak sangat asing karena semuanya berdebu, kotor, dan kumuh, Vin kemudian menyusul Kinara. Berusaha membangunkan Gopal dengan menepuk-nepuk pipi pemuda tersebut yang sudah pucat, pasti sudah kehabisan banyak darah. Fokusnya sudah beralih sepenuhnya, tak lagi menggubris rumah yang berubah dan tampak berbeda dengan sebelumnya.

"Pal, bangun, Nyet..." suara Vin makin lirih karena takut. Bayangan kehilangan itu makin nyata saja di kepalanya. "Pal?"

Posisi Gopal yang hampir tengkurap lantas dibalikkan oleh Vin, dibantu Kinara. Vin mengusap mukanya yang gelisah luar biasa. Tak tahu harus melakukan apa. Tak pernah berhadapan dengan hal semacam ini membuatnya kikuk. Melihat pisau yang masih tertancap itu, Vin sungguh tidak tega. Dengan menatap Kinara penuh arti, ia membuka suara.

AWAKENED [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now