Epilog

684 102 111
                                    

[Kalau berkenan, jangan lupa follow author agar dapat notifikasi dan info seputar update-an, terima kasih]

Cerita ini hanya fiktif belaka. Semua kejadian yang terjadi hanya karangan bebas penulis, tidak benar-benar terjadi di tempat dan lokasi yang disebutkan.
.
.
.
.
.

Hari itu, rumah Salfa terlihat lebih ramai dari sebelumnya. Jika beberapa hari kemarin, dipadati oleh para santri pondok pesantren, maka sekarang lain. Tampak banyak laki-laki dengan seragam cokelat berlalu-lalang kesana kemari, melewati samping rumah itu sampai ke pekarangan belakang. Para polisi tersebut, tak lain tengah menyisir lokasi yang dilaporkan Genta dan Salfa setelah keduanya menghadap orang tua pemuda itu. Ya, meski sedang berduka, itu tak menghalangi Salfa untuk menepati janjinya ke Genta. Di rumah pemuda itu, keduanya menjelaskan semuanya.

Selama ke rumah Genta dan melanjutkan ke kantor polisi, Salfa menitipkan sang adik dan ibunya pada tiga temannya yang siaga di rumah. Kinara, Vin, dan Novan, yang menangani dan membantu segala keperluan untuk pemakaman Dody. Dan, sebagai permintaan maaf Nilam untuk keluarga Genta, ia akan mengurus pemakaman untuk Diandra juga, dan keluarga Genta rupanya menerima niat baik tersebut.

"Ya Allah, Paaaakk…!!" Terdengar suara seorang wanita histeris. "Anakku, Pak. Diandra ku…!!"

Terlihat sang suami si ibu alias ayah Genta, berusaha menenangkannya. Memberikan penguatan meskipun batinnya terkoyak luar biasa. Jika ada yang bilang air mata lelaki itu hanya keluar ketika sudah saking terlukanya, barangkali itu adalah hal yang benar. Seumur-umur, baru kali ini Genta melihat laki-laki yang ia panggil 'Bapak' itu menangis. Laki-laki yang ia lihat hanya sebagai seorang kepala keluarga yang tegas sekaligus penyanyang di waktu yang bersamaan, yang tak pernah terlihat lemah sedikit pun.

"Kita ikhlaskan dia ya, Buk… Seperti apa yang Genta bilang… Biar Diandra tenang disana…"

"Kenapa harus dengan cara seperti ini, Pak…?"

Ayah Genta menghela berat, masih dengan tangan yang memegangi pundak sang istri. "Ini suratan takdir…"

Genta yang sebenarnya tidak tega, tetap mendekat dan ikut menenangkan sang ibu. Hal yang membuatnya lega adalah, karena orang tuanya sedikitpun tak menyalahkan keluarga Salfa, terlebih keluarga Kinara. Satu-satunya yang mereka benci hanyalah pelaku. Widji Gayatri, yang saat ini tengah dicari oleh para polisi di Pulau K. Pukul sebelas tadi, autopsi telah selesai dan berhasil didapatkan sidik jari di wajah Diandra yang sama dengan sidik jari yang ditemukan oleh polisi di tembok bagian samping rumah. Laporan kemudian diteruskan ke Pulau K sesuai dengan keterangan para saksi yang tak lain adalah Salfa dan teman-temannya.

Sebuah mobil putih berhenti di antara banyak mobil polisi. Gopal, memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit dan datang ke rumah Salfa sebagai bentuk dari solidaritasnya. Dengan diantar sang pacar, ia menemui Salfa dan mengucapkan belasungkawanya. Jalannya sudah tidak pincang, sebab luka di kakinya sudah sembuh total yang ia dibuat terheran oleh hal tersebut.

"Sal, turut berduka cita, ya."

Salfa mengangguk sambil menerima pelukan Gopal sebagai bentuk dukungan. Gadis itu masih ingat akan luka di perut temannya sehingga membuatnya lebih hati-hati. Sesaat kemudian, Gopal berpindah ke Genta. Masih sama, mengucapkan belasungkawa karena temannya itu telah kehilangan adik perempuan yang sangat dicintai.

"Turut berduka ya, Ta. Semoga adek lo tenang disana," kata Gopal dengan menatap dalam.

Kinara dan Vin tak banyak bicara. Mereka bersama dengan Novan tengah menata bangku-bangku untuk orang-orang yang takziah. Kinara sempat pulang sebentar karena rumahnya memang dekat, untuk mengganti pakaian khas orang-orang yang berduka. Bukan berduka soal ayahnya yang lebih nyaman ia sebut 'mantan suami ibunya', namun untuk menghormati keluarga Salfa dan Genta. Vin pun sama, rumahnya yang dekat membuatnya juga bisa membersihkan diri sebentar. Berbeda dengan Novan yang dipinjami baju oleh Wira.

AWAKENED [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now