1

5.3K 404 5
                                    

"Aku tahu suatu saat kau akan menendangku dari sini." Margaret menoleh dengan tatapan nanar. Ia mengambil secarik kertas yang diulurkan kakaknya sejak tadi. Lelaki itu hanya diam di tempatnya tanpa sempat memeluk Margaret, atau mungkin ia tak pernah berniat melakukannya.

"Aku menendangmu menuju surga, anggap saja begitu. Tak perlu berterima kasih." Jawabnya sinis.

"Kau memanfaatkanku." Margaret hampir menangis disana tetapi wajah perempuan itu tetap tegas seperti biasanya.

"Untuk apa kau dilahirkan dalam keluarga kerajaan bila kau tidak berguna ?" Jansen tersenyum miring tanpa menoleh sama sekali padanya. Margaret tertawa dalam hatinya, tidak menyangka akan diperlakukan demikian oleh satu - satunya keluarga yang ia punya saat ini, Raja Jansen dari Kerajaan Goddam. Jansen kembali menulis lagi, entah apa yang sedang ia tulis sekarang.

"Baiklah, aku akan berangkat dengan senang hati." Margaret berusaha terlihat berani.

"Tidak peduli kau senang atau tidak senang, yang jelas enyahlah dari pandanganku."

"Kau akan menyesal pernah berkata seperti itu padaku !" Margaret spontan membentaknya dengan keras. Bahkan ia belum sempat membalikkan badan walaupun ia telah berdiri. Jansen meletakkan penanya kemudian menatap Margaret sambil tertawa.

"Selamat bersenang - senang di Whitemouttier. Semoga kau bisa bertahan disana." Tandasnya licik.

"Tentu aku akan bersenang - senang. Aku akan menjadi putri mahkota disana." Jawabnya tak kalah licik.

"Berdoalah agar Pangeran Kenneth menganggapmu sebagai istrinya. Kecuali bila ia memiliki banyak selir."

"Tak ada selir dalam Keluarga Days." Sindirnya tepat sasaran sembari menoleh sinis. Tangannya mengepal kuat - kuat sembari berlalu dari ruang kerja Jansen.

***

Pagi itu sangat dingin saat Margaret menaiki kereta kuda bersama Elise. Dia hanya pergi berdua bersama pelayan setianya sejak kecil tersebut. Tanpa upacara perpisahan apapun, Margaret pergi begitu saja menuju Whitemouttier. Ia memakai jubah yang cukup tebal sehingga ia tidak akan kedinginan di jalan mengingat pergantian musim mulai terjadi. Elise hanya mengamati dari sudut - sudut matanya. Margaret tampak datar saat ia benar - benar pergi dari Goddam.

"Yang Mulia, apakah kita akan baik - baik saja disana ?" Tanya Elise ragu - ragu. Ia sendiri tidak ingin pergi meninggalkan istana walaupun Jansen memang sangat buruk sebagai raja. Tetapi ini lebih buruk lagi. Margaret dikirim menuju Whitemouttier, kerajaan terbesar di dunia yang terletak di sisi utara bumi. Whitemouttier terkenal akan kedisiplinannya. Aturan yang ketat seakan menghantui Elise saat ini. Namun bagaimana lagi. Ia akan mengikuti Margaret kemanapun perempuan itu pergi karena ini memang sudah tugasnya sebagai pelayan kepercayaan mendiang raja terdahulu.

"Entahlah, aku sedang memikirkannya." Ujarnya skeptis. Saat Margaret membuka suaranya, Elise dapat membaca keraguan dari dalam hati perempuan tersebut.

"Kita pasti akan baik - baik saja. Kau akan menjadi putri mahkota bukan ? Tinggal selangkah lagi menuju kursi ratu." Elise memberinya semangat.

"Tidak akan semudah itu. Kau kira Jansen akan mengirimku bila ia tahu aku bisa menjadi ratu ? Tidak mungkin. Ia mengirimku kesana agar hidupku semakin menderita." Margaret masih mengepalkan tangannya sejak tadi. Entah apa yang sebentar lagi akan terjadi.

"Memangnya ada apa ?"

"Kau harus tahu, Jansen mengirimku kesana sebagai tanda perdamaian. Itu artinya aku bisa saja tidak menjadi putri mahkota disana. Karena aku hanya datang sebagai tanda perdamaian." Perempuan itu menekankan kata - katanya barusan, seakan menggambarkan kekhawatirannya sendiri.

COLD DAYS - Bride for The KingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora